BIDADARIKU
(oleh:
lilis khotimah)
Menjelang hari bahagiaku. Aku akan
menghitbah bidadari yang cantik jelita. Hingga bidadari-bidadari surgapun
cemburu padanya. Ia nampak cantik dengn busananya yang mslimah, tak pernah aku
melihatnya memakai celana, ia selalu anggun dengan baju gamiznya. Tak ada
satupun lelaki yang tak terpana melihatnya. Wajahnya berseri-seri. Aku juga tak
pernah melihat ia berdandan yang berlebihan. Sungguh bidadari ini cantik luar
biasa. Postur tubuhnya yang tinggi, ramping dan anggunnya jilbab yang ia kenakan.
Belum lagi ketika ia berbicara tak pernah matanya menatap mataku ataupun lelaki
lain. Ketika ia berjalan ia selalu menjaga pandangaannya. Dia adalah Shifaa,
bidadari yang satu bulan terakhir telah memenuhi imajinasiku. Berhayal dapat
menjadi imamanya.
Aku mengenalnya dalam sebuah
pertemuan majelis taklim. Ia datang sebagai pembaca ayat suci Al-Qur’an waktu
itu. Saat lantunan ayat suci ia lantunkan, tubuhku bergetar. Hatiku tentram. Terbersit
dalam hati “Ya Allah bidadri surgamu telah jatuh kebumi, dan ia membuatku
terpesona!”. Majelistaklim yang kami hadiri selesai. Saat hendak pulang aku
melihat bidadariku berbincang dengan sahabatku. Fatimah namanya. Lewat fatimahlah
aku mengenal Shifaa. Fatimah yang menjadi perantara komunikasikudengan bidadari
cantik itu. Sampai pada suatu ketika aku meminta Fatimah untuk mempertemukan
aku dengan bidadari itu. Waktu dan tempat Fatimah atur. Di sebuah taman yang
indah kami bertiga berjanjian untuk brtemu. Shifaa datang lebih dulu.
Fatimah : “Assalamu’alaikum Shif...!”
Shifaa : “wa’alaikum salam Wr.Wb.!”
Fatimah : “ sudah lama shif?”
Shifaa : “ belum kok!”
Fatimah : “ kenalkan shif
ini Azzam, Zam kenalkan ini shifaa!”
Azzam : “Azzam!”
sambil mengulurkan tangannya.
Shifaa :” Shifaa!” ia
tak menyambut uluran tangan Azam
Hari itu kami berbincang panjang
lebar. Sampai pada topik pada pembicaraan tentang pernikahan. Shifaa sedari
tadi memang selalu berbicara apapun dalam prespektif islam. Ia lebih banyak
mendakwahiku dan Fatimah. Satu kalimat yang ia sampaikan yang membuat hatiku
bergrtar.
Shifa :” suatu saat aku akan di
khidbah lelaki pilihan Allah yang akan menjadi
imamku! Yang akan menuntunku ke surga Allah SWT!”
Fatimah :” sudahkah kau siap shif?”
Shifaa :” mengapa tidak? Jangan suka
menunda... karena menunda berarti hilangnya peluang. Karena menunda berarti
seratus langkah menjauhi cita!”
Fatimah :” Azam, segeralah kau khidbah shifaa! Sebelum terlambat!”
Celotehan Fatimah
Aku dan shifaa hanya terdiam. Ku pandangi
wajah shifaa yang memerah. Sungguh cantik nian bidadariku. Aku hanya dapat
menerka dalam hati “ apa shifaa malu? Atau ia memang ingin ku khidbah?”
Dari pernyataan itulah aku
beranikan diri mengkhidbah bidadari cantik itu. Satu minggu sejak pernyataan
itu aku mulai mempersiapkan diri. Ku tata hatiku. Ku sampaikan pada orang
tuaku. Dua minggu aku persiapkan dengan matang kata yang ingin ku ucapkan. Sampai
pada suatu hari, hari dimana aku akan mengkhidbah bidadri cantikku. Ku hubungiia
lewat sms.
“ Ass.... shif sedang apa kamu? Apa
besok kamu di rumah?”
Lama shifaa tak jua membalasnya. Hingga
aku mengirim smsku dua kali. Namun tak jua ia membalasnya. Lalu aku inbox d
fbnya dngan kata-kata yang sama. Namun hanya hampa yang aku terima ia tak jua
membalasnya. Hingga malam tiba hpku berbunyi. Aku buka ternyata sms dari
shifaa.
“Wss.. maaf zam tadi saya tidak
bawa hp. Insya Allah saya ada di rumah. Oh
ya zam tolong sampaikan pada fatimah bahwa besok saya meminta kamu dan faimah
datang kerumahku jam 10:00 pagi ya!”
Setelah membaca sms shifaa ini
hati ku langsung menjerit kegirangan “ memang aku akan ke rumahmu cantik!”. Tanpa
menunggu lama Azam langsung menelfon shifaa.
Shifaa : “ assalamu’alaikum!”
Azam : “ wa’alaikumsalam shif.. oh ya memangnya besok ada
apa shif di rumah?”
Shifaa :” besok saya kan melabuhkan penantian saya!”
Hati ku semakin bertanya-tanya “
apa shifaa tau kalau aku akan mengkhidbahnya besok?”
Azam :” apa maksud kamu shif?”
Shifaa :” aku akan menikah zam!”
Serentak aku langsung kaget. Ia tak
menyangka shifaa akan mengatakan kata itu. Aku pun merasakan sakit dan luka
manakala tau bahwa shifaa akan menikah.
Azam :” benarkah itu shif?”
Shifaa : “Iya Zam!”
Azam :” dengan siapa shif?”
Shifaa :” dengan usman!”
Serentak hatiku hancur! Namun aku
tetap mengutarakan niat suciku itu.
Azam : “ shif, aku bahagia mendengar kabar ini. Namunsebenarnya
besok aku juga akan datang kerumahmu untuk mengkhidbahmu. Tapi setelah
mengetahui kau tlah temukan yang terbaik aku pun tak dapat melakukan apa-apa
lagi sekarang. Bahagialah bidadariku!”
Sifaa kaget mendengar Azam
mengatakan sebuah kalimat yang memang tlah lama ia tunggu keluar dari mulut
azam. Namun ia bingung hendak berbuat apa. Kini hari pernikahan tlah di
tentukan. Tak mungkin ia mengecewakan orang tuanya. Lagi pula ia tlah memilih
untuk menikh denga usman.
Shifaa ; “ sebhanallah zam! Benarkah itu?”
Azam : “ iya shif!”
Shifaa : “ maaf kan saya zam!”
Azzam : “ tak perlu kau minta maaf shif!
Kamu gak salah apa-apa! Inilah takdir dari Allah untuk kita. Bahagialah shif! Aku
bahagia untuk kalian”
Shifaa : “ zam... saya belum tentu di nikahi
oleh orang yang saya cintai namun saya akan mencintai siapapun yang menikahi
saya! Maaf kan saya zam!”
Azzam : “ apa kamu mencintai ku shif?
Shifaa bingung hendak menjawab
apa. Sejenak ia terdiam. Pelahan air matanya menetes.
Shifaa : “ zam... anna ukhibbukum fillah! Saya mencintai kamu
karena Allah!”
Sungguh hatiku bergetar manakala
aku mendengar bidadriku mengucapkan kata itu.
Azzam : “ begitu pulalah yang aku rasakan shif.. Shif, jika
kau bukan jodohku di dunia maka akan ku pinang slalu kau dalam setiap doaku,
agar Allah menjodohkan kita di surga Allah kelak. Di kehidupan yang kekal “
Air mata shifaa kian deras
mengalir. Ia menyadari betapa tulus azam mencintainya. Namun ia tak dapat
membatalkan pernikahan itu.
Shifaa : “ sukron zam! Saya senatiasa
mendoakanmu semoga kau mendapatkan istri yang sholeha. Bidadari dunia akhirat
untukmu!”
Azzam : “ jasakaullah shif... ku jua
berdoa untukmu semoga kalian dapat menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan
warahmah. Kaulah bidadari surgaku. Ku tunggu kau di pintu surga!”
Tut tut
tut.... telefon mati
0 komentar:
Posting Komentar