Blogroll

SELAMAT DATANG DI SHELIYS BLOG'S, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG

Welcome text

Minggu, 17 Maret 2013

VOICE OF RISMA SMANA


                             Edisi 003/ Jan / 2013
VOICE OF RISMA SMA N NAWANGAN
“ Bukan Pria Idaman ”

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Halo sahabat VOR semua! Gimana nich kabar sahabat?sahabat semua pada kangen gak sama VOR? Mohon maaf ya sahabat untuk edisi bulan Desember 2012 Vor tidak dapat terbit dikarenakan banyak hal. Sekali lagi mohon maaf ya sahabat!
Sahabat ,  idaman sejati adalah makhluk langka. Begitu banyak ujian dan rintangan untuk menjadi seorang idaman sejati. Kebalikannya, yang bukan idaman malah tersebar kemana-mana. Inilah yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini. Siapakah pria yang tidak pantas menjadi idaman dan tambatan hati? Apa saja ciri –ciri mereka? Mudah-mudahan dengan izin Allah kami dapat mengungkapkannya pada VOR yang singkat ini.
Ciri Pertama: Akidahnya Amburadul
Sahabat, di antara pria semacam ini adalah ia punya prinsip bahwa cinta ditolak, maka dukun bertindak. Jika sukses dan lancar dalam bisnis, maka ia pun menggunakan jimat-jimat. Ingin buka usaha pun ia memakai pelarisan. Jika berencana nikah, harus menghitung hari baik terlebih dahulu. Yang jadi kegemarannya agar hidup lancar adalah mempercayai ramalan bintang agar semakin PD dalam melangkah.
Inilah ciri pria yang tidak pantas dijadikan idaman. Akidahnya yang ia miliki sudah jelas akidah yang rusak.
Ibnul Qayyim mengatakan, “barang siapa yang hendak meninggikan bangunannya, maka hendaklah dia mengokohkan pondasinya dan memberikan perhatian penuh terhadapnya. Sesungguhnya kadar tinggi bangunan yang bisa dia bangun adalah sebanding dengan kekuatan pondasi yang dia buat. Amalan manusia adalah ibarat bangunan dan pondasinya adalah iman.” (Al Fawaid)
Berarti jika aqidah dan iman seseorang rusak padahal itu adalah pokok atau pondasi, maka bangunan di atasnya pun akan ikut rusak.

Ciri kedua: menyia-nyiakan shalat
Sahabat, tidak shalat jama’ah di masjid juga menjadi ciri pria bukan idaman. Padahal shalat jama’ah bagi pria adalah suatu kewajiban sebagaimana disebutkan dalam al Qur’an dan berbagai hadits.
Imam Asy Syafi’i sendiri mengatakan, “ Adapun shalat jama’ah, aku tidaklah memberi keringanan bagi seorang pun untuk meninggalkannya kecuali bila ada udzur.” (Ash Sholah Wa Hukmu Tarikiha, Hal.107)
Jika pria yang menyia-nyiakan shalat berjama’ah di masjid saja bukan merupakan pria idaman, lantas bagaimana lagi dengan pria yang tidak menjalankan shalat berjama’ah sendirian maupun secara berjama’ah?!
Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Al Kaba’ir (pembahasan dosa-dosa besar), hal.25, Ibnu Hazm berkata, ”Tidak ada dosa setelah kejelekan yang paling besar dari pada dosa meninggalkan shalat hingga keluar waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang bisa dibenarkan.”
Ciri ketiga: Sering Melotot Sana Sini
Sahabat, inilah ciri berikutnya, yaitu pria yang sulit menundukkan pandangan ketika melihat wanita. Inilah ciri bukan pria idaman. Karena Allah Ta,ala berfirman,
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS. An Nur: 30)
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada para pria yang beriman untuk menundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan yaitu wanita yang bukan mahrom. Namun jika ia tidak sengaja memandang wanita yang bukan mahrom, maka hendaklah ia segera memanlingkan pandangannya.

Ciri keempat: senangnya berdua-duaan
Sahabat, inilah sikap pria yang tidak baik yang sering mengajak pasangannya yang belum halal baginya untuk berdua-duaan( baca: berkhalwat). Berdua-duaan(khalwat) di sini bisa pula bentuknya tanpa hadir dalam satu tempat, namun lewat pesan singkat(sms), lewat kata-kata mesra via FB dan lainnya.  Seperti ini pun termasuk semi kholwat yang juga terlarang.
Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “ janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika besama mahromnya.”(HR. Bukhari, no. 5233)
Ciri kelima: Tangan Suka Usil
Sahabat ini juga bukan ciri pria idaman. Tangannya suka usil menyalami wanita yang tidal halal baginya.
Zina tangan adalah dengan menyentuh lawan jenis yang bukan mahrom sehingga ini menunjukkan haramnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar, zina lisan adalah dengan berbicara, zina tangan adalah dengan meraba(menyentuh), zina kaki adalah dengan melangkah, zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan, lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR.Muslim no.6925)
Ciri keenam: Tanpa Arah yang Jelas
Sahabat Rasulullah SAW bersabda, “seseorang dianggap telah berdosa jika ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.”(HR.Muslim no.996)
Berarti kriteria pria idaman adalah ia bertanggung jawab terhadap istrinya dalam hal nafkah. sehingga seorang pria harus memiliki jalan hidup yang jelas dan tidak boleh ia hidup tanpa arah yang sampai menyia-nyiakan tanggungannya. Sejak dini atau pun sejak muda, ia sudah memikirkan bagaiman kelak ia bisa menafkahi istri dan anak-anaknya. Di antara bentuk persiapannya adalah dengan belajar yang giat sehingga kelak bisa dapat kerja yang mapan atau bisa berwira usaha mandiri.


Begitu pula hendaknya ia tidak melupakan istrinya untuk diajari agama. Karena untuk urusan dunia mesti kita urus, apalagi yang sangkut pautnya dengan agama yang merupakan kebutuhan ketika menjalani hidup di dunia dan akhirat. Sehingga sejak dini pun, seorang pria sudah mulai membekali dirinya dengan ilmu agama yang cukup untuk dapat mendidik istri dan keluarganya.
Sahabat mudah-mudahan VOR edisi kali ini bisa sebagai petunjuk bagi para wanita muslimah yang ingin memilih laki-laki yang pas untuk dirinya. Dan juga bisa menjadi koreksi untuk pria agar selalu intropeksi diri. Nasehat ini pun bisa bermanfaat bagi setiap orang yang sudah berkeluarga agar menjauhi sifat-sifat keliru di atas. Semoga Allah memudahkannya.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. Terimakasih, sampai jumpa di VOR edisi berikutnya..

Wassalamu’alaikum Wr.Wb


Sabtu, 09 Maret 2013

CERPEN SEDIH


JILBAB DIBALIK KACA
Oleh: L.Z. Rahim dan L.Khotimah

            Suara bising dari kendaraan yang melintas dijalanan menunjukkan betapa padatnya kendaraan yang melintasi kota Jakarta. Orang-orang didalamnya seakan sibuk memenuhi tuntutan hidup yang kian mengharap pengorbanan, demi sesuap nasi ataupun sekedar menafkahi keluarganya barang sehari. Tak terkecuali gadis berjilbab yang menenteng map berwarna biru yang turut berbaur dengan hiruk pikuk jalanan yang tak menghiraukan terpaan debu dan asap yang seakan akrab membelainya, entah apa yang ada dalam pikirannya, berjuang untuk hidup atau hidup untuk berjuang atau hanya untuk sesuap nasi?. Jelas dia adalah gadis yang pantang menyerah.
            Tok, tok, tok…
            “Assalamualaikum…selamat pagi pak..,” terdengar suara dari balik pintu.
            “Ya masuk.”
            Masuklah gadis berjilbab dengan wajah yang penuh harap. Kepolosan gadis yang baru masuk menambah keanggunannya, siapapun yang melihatnya sekilas akan mengagumi kecantikan gadis itu yang asli tanpa polesan.
            “Ada yang bisa saya bantu?” kata Pak Aldi kemudian.
            “Maaf Pak, saya mengganggu, apakah diperusahaan Bapak ini sedang membutuhkan karyawan baru, saya sedang mencari pekerjaan Pak.”
            “Apakah anda membawa surat lamaran dan berkas-berkasnya?”
            “Oh…iya ini Pak.” Kata gadis itu seraya memberikan stopmap biru yang berisi lamaran pekerjaan. Pak Aldi membacanya sebentar.
            “Baiklah, anda lulusan vakultas akutansi, kebetulan sekretaris saya sedang cuti untuk beberapa minggu, anda bisa menggantikannya untuk beberapa minggu sampai sekretaris saya kembali bekerja dan untuk selanjutnya saya akan menempatkan anda dibidang lain, anda boleh mulai bekerja besok.”
            “Baiklah Pak…terima kasih, saya permisi.”Kata gadis berjilbab itu dengan wajah bersinar penuh kebahagiaan. Keberuntungan memihaknya hari ini setelah berhari-hari bergantung pada map biru itu.
            Gadis berjilbab itu adalah Nirmala, seorang gadis yang bertanggung jawab penuh untuk keluarganya. Semenjak ayahnya meninggal beberapa tahun yang lalu, Ia harus mencukupi kebutuhan hidup keluarga dan biaya sekolah adiknya, belum lagi memikirkan obat-obatan yang harus ditebus untuk ibunya yang mulai sakit-sakitan. Nirmala menyadari itu semua kewajibannya sebagai seorang anak dan kewajibannya sebagai seorang kakak demi keluarga dan masa depan adiknya.
            Pimpinan perusahaan itu adalah Aldi, seorang direktur salah satu perusahaan yang besar di Jakarta. Aldi memimpin perusahaan itu setelah ayahnya mengangkatnya karena dia dirasa sudah mampu memimpin perusahaan itu setelah menyelesaikan kuliahnya diluar negeri beberapa bulan yang lalu. Aldi adalah sosok pemuda yang tajam dalam persaingan didunia bisnis, sungguh ayahnya bukan memilih suatu hal yang salah untuk kemajuan perusahaannya.
            Satu, dua, tiga hari setelah bekerja diperusahaan Aldi, tampak Nirmala memang orang yang cerdas dan rajin, penuh semangat dan dapat menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya. Semuanya itu membuat kagum Aldi, bahkan dari rasa kekagumannya tumbuh benih-benih cinta. Sikap perhatiannya kepada Nirmala semakin Nampak, entah apa yang membuatnya demikian. Jika dipandang dari segi fisiknya Nirmala memang bukan seperti gadis kebanyakan yang suka memoles wajahnya dengan berbagai merk kosmetik, dari wajahnya yang tanpa polesan menunjukkan keaslian kecantikannya apalagi ditambah dengan jilbabnya yang semakin membuatnya lebih anggun. Nirmala bukan orang yang banyak bicara, dia adalah gadis pendiam tetapi murah senyum membuat orang akan simpatik padanya, pendiam bukan berarti dia pesimis dalam menghadapi kenyataan hidup, tapi dibalik sikap pendiamnya dia menyimpan sejuta semangat dan menonjolkan kemahirannya dalam menyelesaikan berbagai macam pekerjaan. Bukan hal yang mustahil jika Aldi menaruh hati pada Nirmala.
            “Mala…bolehkah saya antar?” kata Aldi saat bertemu Nirmala diparkiran depan kantor.
            “Oh…maaf Pak, tidak usah, saya bisa naik angkot, takut merepotkan Bapak.”
            “Tidak apa-apa masuklah,” kata Aldi sambil membuka pintu mobilnya. Nirmala tak kuasa menolak ajakan Aldi.
            Sekejap saja mobil sedan hitam itu meluncur ikut berbaur dengan padatnya jalanan kota Jakarta, menembus debu dan asap yang beterbangan. Dihati keduanya tak terlintas kedukaan yang ada hanya kebahagian yang membuat keduanya terpaku tak ada kata-kata yang bisa diungkapkan, mereka larut dalam pikiran dan gejolak perasaan masing-masing, hingga sampailah mereka didepan sebuah rumah kecil dipinggiran kota Jakarta.
            “Terima kasih Pak, maaf merepotkan,”kata Nirmala kemudian keluar dari mobil itu.
            “Oke sama-sama, aku juga permisi dulu.”
            Mobil sedan hitam itu perlahan meninggalkan Nirmala yang masih berdiri didepan pintu rumahnya. Dimobil, hati Aldi berkecamuk, sekilas timbul perasaan iba dihati Aldi, disisi lain juga kagum. Nirmala gadis cantik dan anggun yang sederhana tetapi ia selalu semangat dalam mengarungi roda kehidupan yang menuntut ketabahan. Tak berapa lama mobil sedan hitam itu berhenti disebuah rumah mewah dan besar yang berada diperumahan elite dijantung kota Jakarta.
            “Iya den…sebentar,”teriak pak Maman dari dalam pagar setelah mendengar klakson tanda bahwa majikannya memanggil dan memintanya untuk membukakan pintu pagar, dengan tergopoh-gopoh pak Maman segera mendorong pintu pagar  sehingga mobil Aldi bisa masuk kepekarangan dan langsung berhenti digarasi.
            “Baru pulang den?” Tanya pak Maman setelah menutup kembali pintu pagar rumah itu.
            “Iya pak Maman…wah…panas sekali Jakarta hari ini ya pak.”
            “Oalaah den…itu sudah biasa, nek ora panas bukan Jakarta namanya den…”
            “Ya sudah saya mau masuk dulu pak.”
            “O..iya den, silahkan.” Pak Maman paham betul pada Aldi karena pak Maman ikut keluarga itu sebagai tukang kebun sejak Aldi masih kecil. Pak Maman bukan sekedar tahu apa yang harus dikerjakan tetapi ketelatenan dan kesabaran pak Maman dalam mengurus rumah majikannya membuat pekarangan rumah itu senantiasa indah dan bersih, itulah yang membuat keluarga Aldi dari dulu mempercayakan urusan pekarangan rumahnya kepada pak Maman.
            “Aldi dari mana saja kamu, ayah tadi kekantor, kata orang disana kamu mengantar sekretaris barumu itu!” kata pak Handoko ayah Aldi dengan nada yang tinggi dan mata agak melotot, menandakan kemarahannya.
            “Iya Yah, tadi kebetulan searah jadi saya ajak sekalian, Aldi minta maaf.”
            “Ingat Aldi kamu sudah dijodohkan dengan Azura dan ingat lusa Azura kembali ke Jakarta kamu harus menjemputnya dibandara, kalau kamu mengecewakan Azura berarti kamu juga mengecewakan ayah.”
            “Sudahlah Pak…biar Aldi istirahat dulu,” kata ibu Aldi sambil meletakkan secangkir teh dimeja depan pak Handoko. “Istirahatlah dulu nak…nanti kita bicarakan.”
            “Baik Ma,” Aldi bangkit dan langsung menuju kamarnya. Didalam kamarnya pikiran Aldi berkecamuk antara hati dan perasaannya kepada Nirmala dan perjodohannya dengan Azura, hatinya mengatakan Ia mencintai Nirmala tetapi juga tidak ingin mengecewakan orang tuanya. Dia tahu perjodohannya dengan Azura semata-mata karena adanya hubungan bisnis antara ayahnya dan ayah Azura, bisa dikatakan mereka sahabat yang saling membantu untuk memajukan perusahaannya masing-masing, dengan menjodohkan Aldi dan Azura hubungan mereka diharapkan semakin erat bukan hanya sahabat tetapi menjadi sebuah keluarga. Aldi semakin tak kuasa memilih antara hati dan cinta atau menikah karena terpaksa demi kebahagiaan orang tuanya. Semakin ditepisnya Nirmala dari ingatannya tetapi bayangan wajah Nirmala semakin jelas menggoda perasaannya, dibalik jilbab tersimpan kecantikan dan keanggunan, Nirmala tak bisa lenyap dari ingatannya meski sekejab, matanya terpejam lelap dalam buaian perasaan.
            Jam dua belas tepat waktu istirahat di kantor itu. Aldi dan Nirmala tampak berjalan menuju sebuah kantin yang tak begitu jauh dari perusahaan. Disudut kantin mereka duduk berhadapan, Aldi menatap wajah Nirmala dalam-dalam, diberanikannya menggenggam jemari Nirmala. Diberanikan juga mengungkapkan isi hatinya pada Nirmala. Aldi menatap wajah Nirmala menanti penuh harap jawaban dari Nirmala. Nirmala terdiam bimbang, patutkah jika Ia mencintai orang yang tidak sejajar dengannya. Aldi adalah orang yang kaya, punya perusahaan besar sedangkan Nirmala hanya seorang gadis yang mengadu nasib diperusahaan milik Aldi demi untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Nirmala menyadari semua itu, suasana hening sesaat, mereka hanyut dalam perasaan masing-masing.
            Suara langkah seseorang membuyarkan pikiran Nirmala. Terlihat gadis cantik, berambut pirang menghampiri mereka, sesekali rambut pirangnya dihempas angin dari laju kendaraan yang melintas didepan kantin itu.
            “Oo…bagus ya.., jadi ini perempuan yang merebut tunangan orang!,” kata gadis berambut pirang itu menampakkan ketidak sukaannya kepada Nirmala.
            “Apa maksudmu Azura?.”
            “Jadi kamu lupa kalau hari ini kamu harus menjemputku dibandara, pantas saja kamu lupa Aldi…yang ada dipikiranmu ternyata dia dan kau melupakan aku…calon istrimu!!”
            “Azura…apa maksudmu?, aku sama sekali tidak mencintaimu, ini adalah perjodohan orang tua kita dan aku punya hak untuk menentukan jalan hidupku sendiri.”
            “Jadi kamu menyalahkan perjodohan ini dan memilih gadis lusuh seperti dia!!!, baiklah aku akan mengatakan ini semua pada ayahmu!” Azura membanting tasnya dimeja lalu pergi meninggalkan Aldi dan Nirmala, dari raut mukanya terlihat rasa kecewa yang teramat sangat, hati Azura remuk, orang yang sangat diharapkan keluarganya untuk menjadi pendamping hidupnya ternyata lebih memilih wanita lain, wanita yang tidak sebanding dengannya.
            Sementara Nirmala yang hanya terdiam tidak dapat berkata sepatah katapun, hatinya hancur. Kebahagiaan yang sesaat muncul tiba-tiba berubah menjadi kekecewaan, sedih karena tamparan kata-kata dan anggapan bahwa dia merebut tunangan orang. Dari sudut matanya menetes butir-butir bening yang mengalir dipipinya. Dia bangkit dari tempat duduknya dan berlari menyetop taksi dan pergi tak menghiraukan teriakan Aldi yang memanggilnya. Dalam hatinya dia juga mempunyai perasaan yang sama pada Aldi, tapi dia bukan orang yang egois yang tidak memikirkan orang lain demi untuk kebahagiaannya dan juga bukan orang yang tidak berkaca diri.
            “Semua yang dikatakan Azura benar, aku tidak pantas bersama Aldi, aku tidak ingin merusak kebahagiaan orang lain,” kata Nirmala dalam hati, butiran bening kembali menetes dari sudut matanya, sesekali matanya terpejam, dadanya sesak menahan perih goresan luka hati.
            Pagi itu sebenarnya cukup cerah, kendaraan bermotor sudah memadati jalanan kota Jakarta, asap dan debu yang sudah mulai mengepul menjadi pemandangan yang biasa, seharusnya sepagi ini udara masih bersih karena juga belum ada jam sepuluh pagi, apakah ini menunjukkan program pemerintah mengenai penanaman seribu atau sejuta pohon belum membuahkan hasil? Entahlah…kenyataannya begitulah Jakarta, semua nampak seperti biasa. Berbeda dengan Aldi, Aldi Nampak murung tidak seperti biasa, dimeja kerjanya beberapa berkas yang semestinya dia tanda tangani masih menumpuk disudut meja. Didalam benaknya hanya Nirmala, kenapa sampai sesiang ini Nirmala belum juga datang?, apakah dia sakit, atau kecewa padaku?. Aldi bingung dan tidak tahu lagi harus berbuat apa, dia merasa bersalah. Bukan hanya pada Nirmala tetapi pada Azura dan orang tuanya. Diusapkan kedua tangannya kewajah, ”ya Tuhan..,kenapa ini semua terjadi padaku, apakah yang sedang engkau rencanakan?”
            Tok, tok, tok.
            “Ya masuk,” jawab Aldi dari dalam.
            “Maaf Pak, tadi bu Nirmala menitipkan surat pengunduran diri,ini Pak suratnya,” kata seorang office boy seraya menyerahkan surat yang dititipkan Nirmala.
            “Ya terima kasih.”
            “Kalau begitu saya mohon diri dulu Pak.”
            Bertambah hancurlah hati Aldi, seorang yang dicintainya akan pergi meninggalkannya, benar-benar surat pengunduran diri dari Nirmala, “apakah ini berarti aku harus menikah dengan orang yang tidak aku cintai, tidak! Aku harus menemui Nirmala.”
            Sedan hitam meluncur menuju kepinggiran kota Jakarta, hingga sampailah mobil itu didepan sebuah rumah kecil, didepan rumah itu bergelayut jemuran yang sudah mulai kering, sebentar-sebentar berkibar diterpa angin, diteras rumah itu nampak meja kecil dan dua kursi kayu dikiri kanannya, dikiri kanan tangga naik beberapa pot dan bunga yang menghiasnya menambah kemolekan rumah ini, semua tertata dengan rapi, rumah kecil sederhana tapi bersih dan indah ini menunjukkan penghuni rumah ini pandai merawat dan mengatur letak perabotan rumah tangga. Dari pintu yang terbuka terlihat seorang wanita tua yang duduk dikursi roda sedang serius menjahit, badannya terbungkus switer tebal dan lehernya berbalut semacam selendang tebal sebagai penghangat.
            “Maaf Bu, Nirmala ada?.” kata Aldi kepada wanita tua itu setelah sampai didepan pintu.
            “Oh ada, kamu siapa nak?,” kata wanita tua itu seraya membetulkan letak duduknya.
            “Saya Aldi bu.”
            “Sebentar ya nak, saya panggilkan,” wanita tua itu kemudian memutar kursi rodanya,” Mala.., dimana kamu nak, ada tamu.”
            “Ya mak, sebentar,” sahut Nirmala dari dalam, tak berapa lama keluarlah Nirmala dari balik tirai       
            Kaget bukan kepalang saat Nirmala melihat sesosok pria di hadapannya. Hati Nirmala kacau. Dia merasakan kekecewaan namun ia tak jua dapat membohongi perasaannya kepada Aldi
            “Nirmala apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu mengundurkan diri? Apa karena aku?” kata Aldi nampak dengan raut penasarannya bercampur kegundahan yang luar biasa.
            “ Oh sama sekali bukan pak, saya hanya ingin berhenti bekerja, saya merasa kurang nyaman bekerja di perusahaan bapak” sahut Nirmala mencoba memberi penjelasan.
            “ Mala jujurlah padaku! Ada apa ini?” lanjut Aldi mendesak Nirmala.
            Nirmala hanya diam membisu. Tak ada sepatah kata pun ia ucapkan. Sungguh hati Nirmala sedang kacau, ia bingung harus bagaimana.
            “ Baiklah Mala jika kamu tak mau bicara, aku tak akan memaksamu! Aku hanya ingin kamu tahu Mala bahwa aku mencintaimu!” kata Aldi sembari memegang tangan Nirmala.
            Nirmala tak menyangka Aldi akan mengucapkan kata-kata itu. Nirmala bingung ia harus bahagia atau justru bersedih. Nirmala sadar siapa dia dan siapa Aldi. Lagi pula Aldi telah dijodohkan dengan Azura yang jauh lebih pantas untuknya. Nirmala benar-benar dalam kegalauan. Semua terdiam.
            “Mala jika kamu tak keberatan aku akan melamarmu!” lanjut Aldi, manakala ia melihat gadis berjilbab itu hanya diam.
            Nirmala sangat terkejut mendengar kata-kata itu.
            “ Pak Aldi bagaimana dengan orang tua bapak? Azura?” Nirmala mulai membuka bicara.
            “Mala, aku mencintaimu, dan aku ingin menjadikanmu bidadariku!” tegas Aldi sembari kembali memegang tangan Nirmala.          
            “Maaf pak Aldi saya tidak bisa! “ jawab Nirmala tegas.
            Aldi berpamitan dan beranjak meninggalkan Nirmala. Nirmala menatap pria itu pelahan butiran air membasahi pipinya. Sedan hitam itu mulai lenyap dari pandangan mata Nirmala.
            Beberapa hari Aldi tak menghubungi Nirmala. Nirmala mulai cemas. Sejak penolakan itu Aldi benar-benar telah lenyap dari hidup Nirmala. Kerinduan pelahan mulai menyelimuti hati Nirmala. Sampai pada suatu pagi ada seorang pria datang ke rumah Nirmala.
            “ Benar dengan ibu Nirmala?” tanya pria bertopi hitam itu. Sepertinya ia tukang pos.
            “ Iya benar saya Nirmala, ada apa ya pak?” jawab Nirmala.
            “ Ini bu ada kiriman!” kata pria bertopi itu.
            Nirmala menerima sebuah amplop putih dengan kop surat perusahaan Aldi. Hati Nirmala benar-benar bingung sekaligus penasaran. “Ada apa ini? Kenapa ada surat untukku?” gumam Nirmala. Pelahan tapi pasti Nirmala mulai membuka amplop surat itu. Tertulis dengan jelas:
Kepada YTH
Calon istri saya, calon ibu anak-anak saya, calon anak Ibu saya dan calon kakak buat adik-adik saya
Di tempat

Assalamu’alaikum Wr Wb

Mohon maaf kalau anda tidak berkenan. Tapi saya mohon bacalah surat ini hingga akhir. Baru kemudian silahkan dibuang atau dibakar, tapi saya mohon, bacalah dulu sampai selesai.
Saya, yang bernama Aldi Zainur Rahim menginginkan anda Nirmala Kusuma Ningrum untuk menjadi istri saya. Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya manusia biasa.
Saat ini saya punya pekerjaan.
Tapi saya tidak tahu apakah nanti saya akan tetap punya pekerjaan. Tapi yang pasti saya akan berusaha punya penghasilan untuk mencukupi kebutuhan istri dan anak-anakku kelak.
Yang pasti, saya akan selalu berusaha agar istri dan anak-anak saya tidak
kepanasan dan tidak kehujanan.
Saya hanyalah manusia biasa, yang punya banyak kelemahan dan beberapa
kelebihan. Saya menginginkan anda untuk mendampingi saya.. Untuk menutupi
kelemahan saya dan mengendalikan kelebihan saya. Saya hanya manusia biasa.
Cinta saya juga biasa saja..
Oleh karena itu. Saya menginginkan anda mau membantu saya memupuk dan merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa.
Saya tidak tahu apakah kita nanti dapat bersama-sama sampai mati. Karena saya tidak tahu suratan jodoh saya.
Yang pasti saya akan berusaha sekuat tenaga menjadi suami dan ayah yang baik. Kenapa saya memilih anda ?
Sampai saat ini saya tidak tahu kenapa saya memilih anda.
Saya sudah sholat istiqaroh berkali-kali, dan saya semakin mantap memilih anda.
Yang saya tahu, Saya memilih anda karena Allah.. Dan yang pasti, saya
menikah untuk menyempurnakan agama saya, juga sunnah Rasulullah.
Saya tidak berani menjanjikan apa-apa, saya hanya berusaha sekuat mungkin
menjadi lebih baik dari saat ini.
Saya mohon sholat istiqaroh dulu sebelum memberi jawaban pada saya.
Saya kasih waktu minimal 1 minggu, maksimal 1 bulan.
Semoga Allah ridho dengan jalan yang kita tempuh ini. Amin

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Tertanda :


    Aldi Zainur Rahim
            Nirmala kaget membaca surat itu. Ia tak menyangka akan di lamar dengan seresmi itu. Sungguh ia berada dalam kebingungan. Pelahan wanita tua mendorong kursi rodanya mendekati Nirmala yang sedari tadi terdiam di depan pintu. Hati dan fikiran Nirmala saat ini sedang berkecamuk. Antara senang dan takut.
            “ Mala ada apa? Mengapa engkau terdiam? Surat apa ini?” tanya wanita tua itu pada Nirmala.
            “ Mak, Aldi melamar Mala! Bagaimana Mak?” jawab Nirmala sembari memeluk wanita tua itu.
            “ Apa kamu juga mencintainya Nak?” kata wanita tua itu lagi.
            “ Iya mak, tapi Aldi sudah dijodohkan dengan Azura. Lagi pula kita tak sebanding dengan keluarga mereka mak!” tegas Nirmala dengan raut wajah sedihnya.
            “ Nak, Aldi itu anak yang baik, ia juga sopan. Emak tidak akan memaksamu, pilihlah jawaban yang terbaik menurut hati nurani kamu sendiri Nak!” kata wanita tua itu sembari memeluk anaknya dengan erat.
2 minggu kemudian Nirmala membalas surat Aldi.
                                                                                    Kepada YTH.
                                                                                    Bapak Aldi Zainur Rahim
                                                                                                            Di Tempat
Assalamu’alaikum Wr Wb
Pak Aldi yang saya hormati, saya hanya menanggapi surat yang bapak kirimkan kepada saya 2 minggu yang lalu. Tidak banyak kata yang akan saya tuliskan, jika memang Allah meridhoi jalan ini maka saya mau menjadi istri bapak, menjadi ibu dari anak-anak bapak, menjadi bidadari surga untuk bapak. Melaksanakan sunah Rosulullah. Menyempurnakan ibadah saya.
Saya mau berdiri di belakang bapak sebagai pendorong manakala bapak berada dalam kesulitan. Berada di samping bapak menemani bapak hingga maut kelak yang memisahkan.
Terimakasih ............

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Tertanda :
                                                                                                           
                                                                                                Nirmala Kusuma Ningrum
            Kedua orang tua Aldi merestui hubungan kedua sejoli itu. Azurapun telah merelakan Aldi untuk menikah dengan Nirmala, ia menyadari bahwa Nirmala adalah gadis yang jauh lebih baik daripada dia. Malam harinya orang tua Aldi datang ke rumah Nirmala. Kedua belah keluarga telah menentukan hari pernikahan kedua sejoli itu. Tuhan telah menentukan takdirnya. Perbedaan derajad kedua sejoli itupun tak menjadi hambatan. Ketika Allah telah mengatakan kun fayakun jadilah maka jadilah manusia tak dapat menolaknya.
            Hari jum’at 7 Maret 2013. Tepatnya pukul 08:18 Aldi Zainur Rahim dan Nirmala Kusuma Ningrum melakukan akad nikah di masjid dekat rumah Nirmala.
            “ Assalamu’alaikum Wr.Wb.” sesosok pria berjas putih rapi berkata  kepada seluruh undangan.
Serentak semua undangan menjawab salam itu dengan semangat dan serempak. “Wassalamu’alaikum Wr Wb!”.

“ Baiklah hadirin sekalian kita mulai saja akhad nikah ini!” kata pria berjas putih.

Nirmala nampak anggun dengan gaun putih dan riasan wajah yang soft. Jilbabnya  berhiaskan bunga mawar putih kesukaan Nirmala. Seisi ruangan semua berpakaian putih. Namun hari itu nampak kejanggalan ketika semua undangan dan keluarga bepakaian putih, Aldi sang pengantin pria justru memakai jas hitam dan kemeja hitam. Namun semua tak menghiraukan itu ijab khobulpun segera dimulai.

“ Bismillahirrahmanirrohim, saudara Aldi Zainur Rahim  bin Zainur Rahim  saya nikahkan saudara dengan  Nirmala Kusuma Ningrum binti Kusuma dengan maskawin seperangkat alat shalat,Al-Qur’an, dan emas 18 karat di bayar tunai!”. Kata pria berjas putih itu sembari menjabat tangan Aldi.

“Saya terima nikahnya Nirmala Kusuma Ningrum binti Kusuma  atas diri saya, dengan maskawin tersebut dibayar tunai!” balas Aldi dengan gugup.

“ Bagaimana para saksi? Sah?” lanjut pria berjas putih itu.

Seketika semua terdiam manakala Nirmala jatuh pinsan. Suasa menjadi sunyi. Nirmala gadis berjilbab yang anggun itu terjatuh dengan raut wajah bak bulan kesiangan. Aldi kaget! Semua undangan memandang kearah Nirmala dan Aldi.

“ Mala bangun sayang!” kata Aldi sembari memeluk Nirmala.

Gadis berjilbab itu tetap diam. Tak ada gerakan sama sekali.

Nirmala langsung dilarikan kerumah sakit. Dokter langsung memeriksa Nirmala. Dokter keluar dari ruang UGD dengan wajah yang menengangkan.

“ Bagaiman kondisi Nirmala dokter?” tanya Aldi dengan kecemasan memenuhi batinnya.

“ Mohon maaf pak, Nirmala mengidap penyakit kanker otak sudah cukup lama, dan saat ini kami sudah tidak dapat melakukan apa-apa. Semua sudah terlambat!” tegas dokter.

“ Apaaaaaaaa? Dokter lakukan apa saja untuk Nirmala. Ayo dokter! Saya akan bayar berapapun!” Aldi mendesak dokter itu.

“ Maaf pak Aldi kami sudah berusaha. Tapi Allah berkehendak lain!” lanjut sang dokter.

“  Malaaaaaaaaaaaaaaaaa!” teriak Aldi pecah.

Nirmala terbujur kaku, dengan wajah pucat pasinya. Hari dimana seharusnya Nirmala menikah dengan Aldi  berubah menjadi upacara pemakaman. Sungguh malang tak dapat di untung. Takdir sang pencipta tak dapat di tolak. Nirmala berpulang dihari pernikahannya.

“ Nak, emak temukan surat kecil ini di genggaman tangan Nirmala!” kata wanita tua yang duduk d kursi ridanya itu. Nampak pula kesedihan mendalam pada sosok wanita ini.

Tertulis :

Suamiku ..
Suatu ketika aku akan wafat.. Menyandang  bulu dan sayap laksana malaikat,dan akan segera ku akhri cerita saat sisa nafas ku berhenti dibatas waktu..
Bila tiba saat ku pergi jangan ada air mata kedukaan,karna ratapmu akan patahkan sayap ku,
Kapargian ku menempuh puncak impian,ketika sang utusan merengkuh jiwa ini hapuslah air matamu,
Meski terus kau percikkan duka atas kepergian ku aku tak akan pernah kembalidan sungguh tak ingan kembali,,
Biarlah jiwa ku tanang berlalu dalam dekapan sayap malaikat,merengguk anggur kebebasan semu,Diantara setumpuk timbangan perbuatan ku,
Aku berharap jasad matiku kau balut dengan senyum,benamkan dibalik tanah penuh ketulusan,iringi kepergian ku dengan doa,mungkin itu akan meringankan beban ku,
Biarlah pusara ini menjadi saksi,bahwa aku pernah mengembara melintasi lembah mimpi,sekejap tersenyum merengguk manisnya d0sa duniawi,yang kini tinggal belulang membujur kaku ditengah sepi..
Akan ku nanti darimu didepan gerbang keabadian..
Mungkin dalam penantian ini masih ada celah tuk wujudkan dehaga rindu di telaga cinta.
images (4).jpgPeluk dan cium

Istrimu

“ Nirmalaaaaaaaaaaaaaaa..........!”
SEKIAN


.
.. .




 
Photography Templates | Slideshow Software