Blogroll

SELAMAT DATANG DI SHELIYS BLOG'S, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG

Welcome text

Sabtu, 07 September 2013

puisi lelah

     terlalu lama rasanya kau coba aku, ya tuhan
     terlalu jauh aku berjalan
     mencari dan mencari
     adakah yang lelah sakit dari yang aku rasakan kini
     mampukah aku untuk bertahan
     janganlah terlalu lama
     kau biarkan aku,
     aku takut kehilangan imanku

bukan berarti aku tak percaya kau maha pengatur segalanya
tapi inilah kenyataan takdirku juga

     lamunanku terhempas saat aku berlari
     menuju ujung sajak aku katakan

masih adakah harapanku
masih adakah kesempatanku
untuk meraih rembulan

    akan tetapku aku pertahankan
    di jalan-Mu ya tuhan...
    tantangan berat telah engkau beratkan
    membuat aku goyah akan hidup

kembali aku sadari diriku
terasa ada yang tak sempurna
bukan kusesali keadaan namun kenyataan

Dari pengagum rahasiamu

jalan seribu cara, gang
menuju hatimu

ku coretkan sebuah kertas dengan tinta merah ini, ku susun kata demi kata hanya untukmu.
tak pernah kubayangkan sebelumnya . untuk aku yang menulis surat ini.
Andai kau tahu......
saat itu, sejak itu dan hingga sekarang.
aku tak tahu apa yang terjadi, hingga aku mulai tertarik padamu
jujur.... saat ku pertama melihatmu aku tertarik, terpesona, tertegun, kulihat pandangan pertama begitu indah dirimu. semua perasaan di hati ini terjadi karena begitu indahnya kau di mataku.
tapi saat ini kuberanikan diri tuk meluapkan isi hati ini. aku nyatakan bahwa aku mencintaimu dan terserah apa katamu yang pasti ku menyayangimu.
ku harap kau membalas sepucuk suratku ini. dengan berita yang menyejukkan hati.
dapat menjawab semua gelisah hatiku selama ini.
ku tunggu jawabmu wahai kekasih hatiku...

                                                                    yang selalu mengagumimu

" ABANGKU "

               Dear deary
       hari ini aku duduk di teras rumahku. menemani kucing-kucing kecilku bermain. ada Lea dan Leon. mereka asyik bercengkerama, bercanda kadang juga bertengkar.
lucu dech... ! Acaraku hari ini cuma di rumah kan minggu paling ntar mau taman bentar. liat bunga-bunga yang mulai bermekaran. menikmati udara sejuk. memandang burung yang beterbangan bersama kawan-kawannya.

      "Heeeem....!" suara itu serentak membuat gadis berjilbab ungu yang telah duduk itu terkejut di tutupnya buku kecil yang ia pegang.
      "Nisa.....! Nisa.... ! kamu ya, bisa gak sih sehari aja gak nulis !" laki-laki yang bercelana pendek dan tidak memakai baju itu duduk di samping nisa yang hanya terdiam sedari tadi.
      "Nisa, abang perhatikan kamu sama buku kecil itu ndak pernah pisah ya! mana coba abang lihat !" lelaki itu berusaha mengambil buku yang dibawa Nisa.
      "Ah Abang, jangan atuh, Nisa malu!" wajah Nisa mulai memerah
      "Nis, dari pada cuma ditulis kenapa ndak cerita sama Abang saja?"
      "Nisa lebih asyik nulis Bang!"
      "hayoo nulis apa kamu, nulis tentang Abang ya?"
      "Ah...... ! Abang nih PD banget!"
      "terus nulis apa donk Nis!"
      "mau tau aja ! weeek ....! Nisa beranjak meninggalkan lelaki itu sendirian.
      "Nisa... ! Nisa,...! " lelaki itu bergumam sambil tersenyum sendirian.
Nisa keluar sembari memegang tas pink di tangan kanannya, ia nampak cantik dengan gamis putih bergaris pink yang ia kenakan. jilbab pink yang ia kenakan pula menambah anggun.
"wuis ...! cewek mana nih? cantik banget ! lelaki itu beranjak dari duduknya mendekati Nisa.
      "Ah Abang !" pipi Nisa memerah.
mau kemana ya  Humaira?" lelaki itu mulai mengejek Nisa.
      "Abang nich, godain Nisa mulu!"
      "Mau kencan ya?"
      "Ah Abang, ndak bang!"
      "terus?"
      "cuma pengen keluar bentar"
      "kemana, Abang anter ya?"
      "ndak usah Nisa bawa motor sendiri saja!"
      "ya udah, hati-hati, jangan pulang malam-malam!"
      "beres bos !" Nisa beranjak meninggalkan Abangnya
        kleeek...!
        Nisa memarkirkan motornya di bawah pohon nan rimbun. ia berjalan selangkah demi selangkah mengitari taman. manakala Nisa kembali Ia hendak pulang motor yang ia parkir tadi hilang.
      "masya allah ....! motorku!"
       Nisa panik, ia pandangi kanan dan kiri tak ada orang satupun. ia mulai panik. ambil hp yang ada di                tasnya.
      "Assalamualaikum!"
      "wa'alaikumsalam bang! ini Nisa!"
      " iya Nis kamu kenapa?"
      "Abang, motor Nisa hilang!"
      "hilang?"
      "iya!"
      "udah kamu tenang ya ! kamu di mana?
      "di taman dekat perpustakaan umum!"
      "oke, abang kesana!"
       Nisa hanya bisa menangis. kembali ia membuka buku diarynya.

dear deary ....!
Ya ampun !!!... apa yang harus aku lakukan ya Allah ! deary motorku hilang! aku harus bagaimana?

"Nisa!" Nampak seorang lelaki turun dari mobil hitam dengan jas hitam rapi yang ia kenakan
"Amar?" Nisa terkejut.
"kenapa kamu?"
"motorku hilang mar! kamu dari mana?"
"tadi lewat aja pengen liat taman bentar .
kok bisa hilang?"
"aku ndak tau?"
"ayo aku antar pulang!"
"ndak usah mar!"
"ayo!" amar menarik tangan Nisa.
"Jangan mar!"
"ayo Nis!"
"aku disini saja, kamu duluan!"
"nanti aku carikan motor kamu, udahlah ndak usah jual mahal!"
"mar lepas!"
"ayolah ! mau hujan ini !" Amar memaksa Nisa
"berhenti" suara lelaki turun dari vespanya.
"Abang!" teriak Nisa
"lepaskan adekku !" bentang lelaki itu Amar meepas Nisa, Nisa berlari menghampiri Abangnya. Amar pergi. Nisa menangis.
"kamu gak papakan Nis?"
"tidak bang !" Nisa memeluk Abangnya.
"udah ya ayo kita pulang, lain kali jangan ceroboh ya !"
"terus motornya?"
"nanti Abang yang Urus. motor hilang bisa di cari tapi kamu? kamu adek abang satu-satunya Nis. lagian gak biasanya kamu pergi sendirian !"
"maafkan Nisa ya bang !"
"udahlah ayo pulang !" Nisa pulang di bonceng Abangnya...
sesampainya di rumah...
deardeary ....!
ya Allah hari ini engkau tunjukkan padaku betapa sayangnya Abang padaku. terima kasih ya Allah ...!
"Nisa, ayo sholat magrib dulu sama Abang ! nulisnya lanjut nanti oke !
Iya bang ! Ayuk ...!
Abang dan Adik itu khusyuk sholat berjamaah. menghadap sang Khaliq dengan segala kerendahan hatinya.

Jumat, 06 September 2013

"GAUNKU BERDARAH"

         Tepaku menatap cermin, memandangi wajah yang indah dengan make up cantik itu. derai air mata berjatuhan. lirih hatinya menjerit "Tuhan, apa dosaku kau perlakukan aku seperti ini! lebih baik kau ambil aku tuhan !." perlahan make up diwajah oval itu mulai luntur, rambut pirang yang telah tertata rapi mulai lusuh kembali. butiran-butiran air jatuh kian deras basahi pipinya.

          Nampak gunting berada di depan gadis manis itu. perlahan mulai ia ambil. kembali ia bergumam "ya Tuhan, kurang apa aku? cantik kurasa cukup, pendidikan aku tak mungkin diragukan aku seorang dosen. keuangan tak ada kekurangan, rumah mewahmobil punya. lantas apa kurangku Tuhan? kau tak adil ". gunting yang ia pegang mulai ia goreskan di pergelangan tangannya. darah mengalir basahi gaun putih yang ia kenakan.

         Gubrak.....! gadis itu terjatuh di lantai darah terus mengalir. "Velly....!" suara datang dari depan pintu wanita setengah baya datang menghampiri velly yang terkapar di lantai.

        "Velly sayang, bangun nak !" air mata wanita setengah baya itu membasahi Velly, direngkuhnya tubuh Velly yang lemah lunglai.

"mbok Nah, panggil mang Ojo, suruh siapkan mobil!" suara wanita itu memanggil wanita tua yang sedang terpaku di depan pintu.
"cepat mbok!" teriak wanita itu
"iya nyonya !" jawab mbok Nah.
"Velly, anak bunda, jangan tinggalkan bunda nak !" wanita setengah baya itu memeluk Velly.
Velly di angkat ke mobil. lalu di bawa kerumah sakit.
Velly yanmg terkapar lemah di tempat tidur hanya bisa tertidur lelap dengan wajah pucat pasinya. wanita setengah baya itu terus menangis. dalam tangisnya hati wanita itu berteriak" Awas kamu anton".
kreeeek.....!
pintu ruangan itu di buka.
" tante , gimana kondisi Velly!"
Plaaak! wanita setengah baya itu menggampar laki-laki berjas rapi di hadapannya.
"Anton! ngapain kamu kesini? belum puas kamu?"
" Tante maafkan Anton!" Anton memegang tangan wanita setengah baya itu.
"maaf? Ton kamu fikir dengan maaf semua bisa terulang? Velly bisa sembuh?"
"tante, Anton memang salah maafkan Anton tante !"
"Anton, apa kurangnya Velly? apa salah Velly?
"tidak ada tante !"
"lantas ?"
" Anton yang salah ! maaf tante !"
" Anton harusnya besok kalian menikah, undangan sudah di sebar, tempat udah didekorasi, ketring udah di pesan, kenapa kamu tega?"
"Anton khilaf tante !"
" khilaf ? khilaf kamu bilang? khilaf ya ton kalo mesra-mesraan sama cewek di kamar itu ?"
plaaaaaak ....!
"pergi kamu !" bentak wanita setengah baya itu.
"tante, tolong beri anton kesempatan !"
"pergi !"
"tante tolong !"
"kamu tuli ya? pergi sana !"
suara keras wanita setengah baya itu membangunkan Velly.
"bunda ! lirih Vel;ly mulai membuka matanya.
"Velly sayang, kamu udah sadar sayang !" wanita setengah baya itu mendekati Velly.
"Anton !" Velly menatap lelaki yang berdiri tak jauh dari bundanya.
"Vell, kamu gak apa-apa kan?" Anton mendekati Velly.
"kamu tega Ton !" Velly mulai menangis
"maafkan aku Vell"
"bunda, maafkan Velly !"
Gubraaaaakk......!
Velly terkulai lemah di tempat tidurnya.
"Velly bangun sayang ! dokteerrr !"
" Vell, bangun ! vell, maafkan aku !"
"pergi kamu ton !"
Anton bergerak meninggalkan Velly dan bundanya.
"Velly, anak bunda ! sayang bangun ! bangun sayang !" wanita itu terisak.
Velly.... ! " tangis wanita itu pecah. Velly tertidur selamanya dengan gaun pengantin putih yang ia kenakan, berhiaskan lumuran darah dari tangannya...

kamis, 05 september 2013
(lilis khotimah)

Rabu, 24 April 2013

CERPEN SEDIH


“ LUKA YANG KIAN PERIH ”
By: Lilis Khotimah
Jika aku bisa memilih, aku tak ingin terlahir ke dunia ini”lirih hati sofie menjerit. Butiran-butiran air mata perlahan membasahi pipinya. Boneka panda yang ia pelukpun mulai basah oleh air mata. Termangu ia duduk di dekat jendela kamarnya. Menikmati hujan bersama luka dihatinya. Lantunan lagu syahdu dari mp3nya kian menambah sedih. Sofie adalah gadis yang paling beruntung di dunia ini. Bagaimana tidak ia hidup dalam kemewahan, rumah megah, mobil tinggal pilih, pembantu ia punya lima, sopir ada, hidupnya bak putri dalam istananya. Belum lagi sofie adalah gadis yang cantik, tinggi, putih, hidung mancung rambutnya panjang, tak ada satupun lelaki yang tak menyukainya. Namun nyatanya kebahagiaan kini jauh dari rengkuhnya.
Tok....tok...tok... suara dari arah pintu kamarnya.
“ non, makan dulu!” suara di balik pintu
“ntar dulu bik!”
“itu sudah ditunggu tuan!”
“Males bik!”
“sedikit saja non!”
“ kalo sofie bilang males ya males bik!” udah bibik balik aja!”
“kasian tuan sudah menanti non!”
“ogah bik, paling dedie juga mau pergi lagi! Sofie gak lapar!”
“ya sudah non!”
Kebahagiaan memang jauh dari rengkuhan sofie. Meski kemewahan ia genggam namun kasih sayang orang tua tak pernah ia rasakan. Sejak sofie berusia lima tahun kedua orang tua sofie telah bercerai. Ia tinggal di rumah ayahnya. Namun ayahnya selalu sibuk dengan pekerjaannya. Hingga kini usia sofie 17 tahun. Ia duduk di bangku SMA kelas 3. Ujian nasional baru saja ia selesaikan. Brosur-brosur universitas faforit si indonesiapun memenuhi kamarnya. Akan tetapi sofie tak berminat sama sekali. Entah mengapa sofie tak tertarik sama sekali untuk kuliah, meski ayahnya menawari kuliah sesuka mau sofie dimanapun. Sofie tetap tak ingin kuliah.
3 hari yang lalu tepatnya di hari pertama ia menghadapi ujian nasional, ia di panggil Bp.“sofie, kenapa nilai kamu jatuh semua?” guru cantik berjilbab putih itu menanyai sofie yang duduk di depannya.
“Ah ....! gk juga buk, sofie emang bodoh jadi udah biasa nilai jelek kan Bu?”
“tidak sofie! Kamu ini pintar. Kamu murid terpintar se SMA ini. Bahkan kamulah duta sekolah ini!” guru cantik itu menatap lekat mata sofie.
“ ada apa sof?”
“ tidak ada apa-apa Bu! Sungguh !”
“ ya sudah! Belajarlah yang rajin, kelak mau kuliah di mana sof?”
“gak kuliah Bu”
“lantas? Kerja?”
“mungkin!”
“ya sudah, lakukan yang terbaik saja ya sof!”
“iya Bu!”
“kembalilah ke kelas! Ingat pertahankan prestasimu!”
Sofie keluar dari ruang Bp dengan wajah yang sangat pucat. Sepulang sekolah ia janjian ketemu dengan kekasihnya. Yudi namanya, ia kuliah di sebuah universitas terkemuka di bandung, fakultas kedokteran. Lelaki berkacamata yang tinggi putih, manis itu yang 3 tahun terakhir mengisi hati sofie. Mereka akan segera menikah.
“sof, ada yang ingin ku bicarakan!”
“aku juga yud, ada sesuatu yang kamu harus tahu!”
“apa itu sof?”
“yud. Aku hamil!”
“apaaaa? Gak mungkin!”
“kenapa gak yud? Kita pernah nglakuin hal itu!”
“tapi sof!”
“kenapa yud?”
“ sofie, maafkan aku. Sebenarnya aku telah menikah!”
“apaaa?” sofie kaget, perlahan air mata basahi pipinya. Sungguh ia tak percaya.
“kamu pasti bercanda kan yud?” sofie menatap lekat wajah kekasihnya itu.
“maafkan aku sof! Aku telah menikah bahkan aku telah memiliki anak. Ia telah berusia 2 tahun. Rani, itu nama istriku. Sebenarnya kamu hanya selingkuhanku!”
“gila kamu yud! Brengsex kamu!”
“ sofie maafkan aku!”
“yud, aku hamil! Ini anak kamu, buah cinta kita.”
“aku tak mungkin menyakiti rani sof!”
“iya kamu rela nyakitin aku?”
“gak gitu juga sof!”
“brengsex kamu yud!”
“ sofie, maafkan aku!”
“yudi, nikahi aku! Aku rela kau jadikan yang kedua, asal anak ini punya ayah!”
“gak sof!”
“oke ..! kamu pilih aku atau dia?”
“sof, jangan paksa aku memilih. Karena kalian adalah yang terbaik buat aku. Kalian bukan pilihan dan aku bukan pembagi.”
“trus apa mau kamu? Gugurin kandungan ini gitu? Gila kamu!”
“iya sof, lupain aku! Masa depanmu masih panjang!”
“gak! Gak akan yud!”
Air mata sofie kian deras mengalir. Ia tak menyangka yudi sejahat itu.
“sofie, bidadariku yang cantik maafkan aku sayang!” perlahan yudi memegang tangan sofie.
“ kamu tega yud!” air mata sofie kembali mengalir.
“ sofie, hapuslah air matamu! Aku gak ingin kamu bersedih! Bahagialah sayang!”
Yudi menghapus air mata sofie!
“ bagaimana bisa aku bahagia tanpamu yud!”
“ kamu pasti bisa sayang!”
“ berhenti panggil aku sayang!”
“ sofie, kamu tetap bisa ketemu aku kapanpun!’
“ gila kamu yud!”
“ miliki aku semaumu sof!”
“ udah gak waras ya kamu yud!”
“ aku ingin kamu bahagia sof!”
“ nikahi aku!”
“ aku gak bisa!”
“ aku akan bahagia bersamamu!”
Kini sofie bak pengemis cinta.
“ sofie, gugurkan saj kandungan itu dan mulailah hidup barumu sayang!”
“ gak, kamu ini dokter gila ya!”
“ Sayang, bahagialah!”
“ terserah!”
“ sof! Maafkan aku!”
“ yud terserah kamu mau apa, tapi aku gak akan gugurin kandungan ini. Kan ku besarkan anak ini sendiri. Jika nanti ia tanya siapa ayahnya kan aku jawab. Nak ayahmu adalah orang yang paling baik di dunia ini. Kini ia telah bahagia sayang. Cukuplah kamu bersama bunda tak usah kau tanyakan ayahmu lagi.”
Air mata sofie kembali deras mengalir.
“ sof, maafkan aku!”
“berhenti kamu bilang maaf!”
“Sof ...!”
“ sudah aku muak!”
“Sofie ...!”
“ bahagialah ..... ! Brengsex!”
Sofie beranjak meninggalkan yudi.
Kini sofie hanya bisa menangis sendiri di kamarnya, bersama lukanya.


Senin, 15 April 2013

CERPEN BARUKU


BIDADARIKU
(oleh: lilis khotimah)

Menjelang hari bahagiaku. Aku akan menghitbah bidadari yang cantik jelita. Hingga bidadari-bidadari surgapun cemburu padanya. Ia nampak cantik dengn busananya yang mslimah, tak pernah aku melihatnya memakai celana, ia selalu anggun dengan baju gamiznya. Tak ada satupun lelaki yang tak terpana melihatnya. Wajahnya berseri-seri. Aku juga tak pernah melihat ia berdandan yang berlebihan. Sungguh bidadari ini cantik luar biasa. Postur tubuhnya yang tinggi, ramping dan anggunnya jilbab yang ia kenakan. Belum lagi ketika ia berbicara tak pernah matanya menatap mataku ataupun lelaki lain. Ketika ia berjalan ia selalu menjaga pandangaannya. Dia adalah Shifaa, bidadari yang satu bulan terakhir telah memenuhi imajinasiku. Berhayal dapat menjadi imamanya.
Aku mengenalnya dalam sebuah pertemuan majelis taklim. Ia datang sebagai pembaca ayat suci Al-Qur’an waktu itu. Saat lantunan ayat suci ia lantunkan, tubuhku bergetar. Hatiku tentram. Terbersit dalam hati “Ya Allah bidadri surgamu telah jatuh kebumi, dan ia membuatku terpesona!”. Majelistaklim yang kami hadiri selesai. Saat hendak pulang aku melihat bidadariku berbincang dengan sahabatku. Fatimah namanya. Lewat fatimahlah aku mengenal Shifaa. Fatimah yang menjadi perantara komunikasikudengan bidadari cantik itu. Sampai pada suatu ketika aku meminta Fatimah untuk mempertemukan aku dengan bidadari itu. Waktu dan tempat Fatimah atur. Di sebuah taman yang indah kami bertiga berjanjian untuk brtemu. Shifaa datang lebih dulu.
Fatimah           : “Assalamu’alaikum Shif...!”
Shifaa              : “wa’alaikum salam Wr.Wb.!”
Fatimah           : “ sudah lama shif?”
Shifaa              : “ belum kok!”
Fatimah            : “ kenalkan shif ini Azzam, Zam kenalkan ini shifaa!”
Azzam              : “Azzam!” sambil mengulurkan tangannya.
            Shifaa                :” Shifaa!” ia tak menyambut uluran tangan Azam
Hari itu kami berbincang panjang lebar. Sampai pada topik pada pembicaraan tentang pernikahan. Shifaa sedari tadi memang selalu berbicara apapun dalam prespektif islam. Ia lebih banyak mendakwahiku dan Fatimah. Satu kalimat yang ia sampaikan yang membuat hatiku bergrtar.
Shifa                :” suatu saat aku akan di khidbah lelaki pilihan Allah yang akan  menjadi imamku! Yang akan menuntunku ke surga Allah SWT!”
Fatimah           :” sudahkah kau siap shif?”
Shifaa              :” mengapa tidak? Jangan suka menunda... karena menunda berarti hilangnya peluang. Karena menunda berarti seratus langkah menjauhi cita!”
Fatimah           :” Azam, segeralah kau khidbah shifaa! Sebelum terlambat!”
Celotehan Fatimah
Aku dan shifaa hanya terdiam. Ku pandangi wajah shifaa yang memerah. Sungguh cantik nian bidadariku. Aku hanya dapat menerka dalam hati “ apa shifaa malu? Atau ia memang ingin ku khidbah?”
Dari pernyataan itulah aku beranikan diri mengkhidbah bidadari cantik itu. Satu minggu sejak pernyataan itu aku mulai mempersiapkan diri. Ku tata hatiku. Ku sampaikan pada orang tuaku. Dua minggu aku persiapkan dengan matang kata yang ingin ku ucapkan. Sampai pada suatu hari, hari dimana aku akan mengkhidbah bidadri cantikku. Ku hubungiia lewat sms.
“ Ass.... shif sedang apa kamu? Apa besok kamu di rumah?”
Lama shifaa tak jua membalasnya. Hingga aku mengirim smsku dua kali. Namun tak jua ia membalasnya. Lalu aku inbox d fbnya dngan kata-kata yang sama. Namun hanya hampa yang aku terima ia tak jua membalasnya. Hingga malam tiba hpku berbunyi. Aku buka ternyata sms dari shifaa.
“Wss.. maaf zam tadi saya tidak bawa hp. Insya Allah saya  ada di rumah. Oh ya zam tolong sampaikan pada fatimah bahwa besok saya meminta kamu dan faimah datang kerumahku jam 10:00 pagi ya!”
Setelah membaca sms shifaa ini hati ku langsung menjerit kegirangan “ memang aku akan ke rumahmu cantik!”. Tanpa menunggu lama Azam langsung menelfon shifaa.
Shifaa              : “ assalamu’alaikum!”
Azam               : “ wa’alaikumsalam shif.. oh ya memangnya besok ada apa shif di rumah?”
Shifaa              :” besok saya kan melabuhkan penantian saya!”
Hati ku semakin bertanya-tanya “ apa shifaa tau kalau aku akan mengkhidbahnya besok?”
Azam               :” apa maksud kamu shif?”
Shifaa              :” aku akan menikah zam!”
Serentak aku langsung kaget. Ia tak menyangka shifaa akan mengatakan kata itu. Aku pun merasakan sakit dan luka manakala tau bahwa shifaa akan menikah.
Azam               :” benarkah itu shif?”
Shifaa              : “Iya Zam!”
Azam               :” dengan siapa shif?”
Shifaa              :” dengan usman!”
Serentak hatiku hancur! Namun aku tetap mengutarakan niat suciku itu.
Azam               : “ shif, aku bahagia mendengar kabar ini. Namunsebenarnya besok aku juga akan datang kerumahmu untuk mengkhidbahmu. Tapi setelah mengetahui kau tlah temukan yang terbaik aku pun tak dapat melakukan apa-apa lagi sekarang. Bahagialah bidadariku!”
Sifaa kaget mendengar Azam mengatakan sebuah kalimat yang memang tlah lama ia tunggu keluar dari mulut azam. Namun ia bingung hendak berbuat apa. Kini hari pernikahan tlah di tentukan. Tak mungkin ia mengecewakan orang tuanya. Lagi pula ia tlah memilih untuk menikh denga usman.
Shifaa              ; “ sebhanallah zam! Benarkah itu?”
Azam               : “ iya shif!”
Shifaa              : “ maaf kan saya zam!”
Azzam             : “ tak perlu kau minta maaf shif! Kamu gak salah apa-apa! Inilah takdir dari Allah untuk kita. Bahagialah shif! Aku bahagia untuk kalian”
Shifaa              : “ zam... saya belum tentu di nikahi oleh orang yang saya cintai namun saya akan mencintai siapapun yang menikahi saya! Maaf kan saya zam!”
Azzam             : “ apa kamu mencintai ku shif?
Shifaa bingung hendak menjawab apa. Sejenak ia terdiam. Pelahan air matanya menetes.
Shifaa              : “ zam... anna ukhibbukum fillah! Saya mencintai kamu karena Allah!”
Sungguh hatiku bergetar manakala aku mendengar bidadriku mengucapkan kata itu.
Azzam             : “ begitu pulalah yang aku rasakan shif.. Shif, jika kau bukan jodohku di dunia maka akan ku pinang slalu kau dalam setiap doaku, agar Allah menjodohkan kita di surga Allah kelak. Di kehidupan yang kekal “
Air mata shifaa kian deras mengalir. Ia menyadari betapa tulus azam mencintainya. Namun ia tak dapat membatalkan pernikahan itu.
Shifaa              : “ sukron zam! Saya senatiasa mendoakanmu semoga kau mendapatkan istri yang sholeha. Bidadari dunia akhirat untukmu!”
Azzam             : “ jasakaullah shif... ku jua berdoa untukmu semoga kalian dapat menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Kaulah bidadari surgaku. Ku tunggu kau di pintu surga!”
Tut tut tut.... telefon mati



Minggu, 17 Maret 2013

VOICE OF RISMA SMANA


                             Edisi 003/ Jan / 2013
VOICE OF RISMA SMA N NAWANGAN
“ Bukan Pria Idaman ”

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Halo sahabat VOR semua! Gimana nich kabar sahabat?sahabat semua pada kangen gak sama VOR? Mohon maaf ya sahabat untuk edisi bulan Desember 2012 Vor tidak dapat terbit dikarenakan banyak hal. Sekali lagi mohon maaf ya sahabat!
Sahabat ,  idaman sejati adalah makhluk langka. Begitu banyak ujian dan rintangan untuk menjadi seorang idaman sejati. Kebalikannya, yang bukan idaman malah tersebar kemana-mana. Inilah yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini. Siapakah pria yang tidak pantas menjadi idaman dan tambatan hati? Apa saja ciri –ciri mereka? Mudah-mudahan dengan izin Allah kami dapat mengungkapkannya pada VOR yang singkat ini.
Ciri Pertama: Akidahnya Amburadul
Sahabat, di antara pria semacam ini adalah ia punya prinsip bahwa cinta ditolak, maka dukun bertindak. Jika sukses dan lancar dalam bisnis, maka ia pun menggunakan jimat-jimat. Ingin buka usaha pun ia memakai pelarisan. Jika berencana nikah, harus menghitung hari baik terlebih dahulu. Yang jadi kegemarannya agar hidup lancar adalah mempercayai ramalan bintang agar semakin PD dalam melangkah.
Inilah ciri pria yang tidak pantas dijadikan idaman. Akidahnya yang ia miliki sudah jelas akidah yang rusak.
Ibnul Qayyim mengatakan, “barang siapa yang hendak meninggikan bangunannya, maka hendaklah dia mengokohkan pondasinya dan memberikan perhatian penuh terhadapnya. Sesungguhnya kadar tinggi bangunan yang bisa dia bangun adalah sebanding dengan kekuatan pondasi yang dia buat. Amalan manusia adalah ibarat bangunan dan pondasinya adalah iman.” (Al Fawaid)
Berarti jika aqidah dan iman seseorang rusak padahal itu adalah pokok atau pondasi, maka bangunan di atasnya pun akan ikut rusak.

Ciri kedua: menyia-nyiakan shalat
Sahabat, tidak shalat jama’ah di masjid juga menjadi ciri pria bukan idaman. Padahal shalat jama’ah bagi pria adalah suatu kewajiban sebagaimana disebutkan dalam al Qur’an dan berbagai hadits.
Imam Asy Syafi’i sendiri mengatakan, “ Adapun shalat jama’ah, aku tidaklah memberi keringanan bagi seorang pun untuk meninggalkannya kecuali bila ada udzur.” (Ash Sholah Wa Hukmu Tarikiha, Hal.107)
Jika pria yang menyia-nyiakan shalat berjama’ah di masjid saja bukan merupakan pria idaman, lantas bagaimana lagi dengan pria yang tidak menjalankan shalat berjama’ah sendirian maupun secara berjama’ah?!
Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Al Kaba’ir (pembahasan dosa-dosa besar), hal.25, Ibnu Hazm berkata, ”Tidak ada dosa setelah kejelekan yang paling besar dari pada dosa meninggalkan shalat hingga keluar waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang bisa dibenarkan.”
Ciri ketiga: Sering Melotot Sana Sini
Sahabat, inilah ciri berikutnya, yaitu pria yang sulit menundukkan pandangan ketika melihat wanita. Inilah ciri bukan pria idaman. Karena Allah Ta,ala berfirman,
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS. An Nur: 30)
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada para pria yang beriman untuk menundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan yaitu wanita yang bukan mahrom. Namun jika ia tidak sengaja memandang wanita yang bukan mahrom, maka hendaklah ia segera memanlingkan pandangannya.

Ciri keempat: senangnya berdua-duaan
Sahabat, inilah sikap pria yang tidak baik yang sering mengajak pasangannya yang belum halal baginya untuk berdua-duaan( baca: berkhalwat). Berdua-duaan(khalwat) di sini bisa pula bentuknya tanpa hadir dalam satu tempat, namun lewat pesan singkat(sms), lewat kata-kata mesra via FB dan lainnya.  Seperti ini pun termasuk semi kholwat yang juga terlarang.
Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “ janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika besama mahromnya.”(HR. Bukhari, no. 5233)
Ciri kelima: Tangan Suka Usil
Sahabat ini juga bukan ciri pria idaman. Tangannya suka usil menyalami wanita yang tidal halal baginya.
Zina tangan adalah dengan menyentuh lawan jenis yang bukan mahrom sehingga ini menunjukkan haramnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar, zina lisan adalah dengan berbicara, zina tangan adalah dengan meraba(menyentuh), zina kaki adalah dengan melangkah, zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan, lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR.Muslim no.6925)
Ciri keenam: Tanpa Arah yang Jelas
Sahabat Rasulullah SAW bersabda, “seseorang dianggap telah berdosa jika ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.”(HR.Muslim no.996)
Berarti kriteria pria idaman adalah ia bertanggung jawab terhadap istrinya dalam hal nafkah. sehingga seorang pria harus memiliki jalan hidup yang jelas dan tidak boleh ia hidup tanpa arah yang sampai menyia-nyiakan tanggungannya. Sejak dini atau pun sejak muda, ia sudah memikirkan bagaiman kelak ia bisa menafkahi istri dan anak-anaknya. Di antara bentuk persiapannya adalah dengan belajar yang giat sehingga kelak bisa dapat kerja yang mapan atau bisa berwira usaha mandiri.


Begitu pula hendaknya ia tidak melupakan istrinya untuk diajari agama. Karena untuk urusan dunia mesti kita urus, apalagi yang sangkut pautnya dengan agama yang merupakan kebutuhan ketika menjalani hidup di dunia dan akhirat. Sehingga sejak dini pun, seorang pria sudah mulai membekali dirinya dengan ilmu agama yang cukup untuk dapat mendidik istri dan keluarganya.
Sahabat mudah-mudahan VOR edisi kali ini bisa sebagai petunjuk bagi para wanita muslimah yang ingin memilih laki-laki yang pas untuk dirinya. Dan juga bisa menjadi koreksi untuk pria agar selalu intropeksi diri. Nasehat ini pun bisa bermanfaat bagi setiap orang yang sudah berkeluarga agar menjauhi sifat-sifat keliru di atas. Semoga Allah memudahkannya.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. Terimakasih, sampai jumpa di VOR edisi berikutnya..

Wassalamu’alaikum Wr.Wb


Sabtu, 09 Maret 2013

CERPEN SEDIH


JILBAB DIBALIK KACA
Oleh: L.Z. Rahim dan L.Khotimah

            Suara bising dari kendaraan yang melintas dijalanan menunjukkan betapa padatnya kendaraan yang melintasi kota Jakarta. Orang-orang didalamnya seakan sibuk memenuhi tuntutan hidup yang kian mengharap pengorbanan, demi sesuap nasi ataupun sekedar menafkahi keluarganya barang sehari. Tak terkecuali gadis berjilbab yang menenteng map berwarna biru yang turut berbaur dengan hiruk pikuk jalanan yang tak menghiraukan terpaan debu dan asap yang seakan akrab membelainya, entah apa yang ada dalam pikirannya, berjuang untuk hidup atau hidup untuk berjuang atau hanya untuk sesuap nasi?. Jelas dia adalah gadis yang pantang menyerah.
            Tok, tok, tok…
            “Assalamualaikum…selamat pagi pak..,” terdengar suara dari balik pintu.
            “Ya masuk.”
            Masuklah gadis berjilbab dengan wajah yang penuh harap. Kepolosan gadis yang baru masuk menambah keanggunannya, siapapun yang melihatnya sekilas akan mengagumi kecantikan gadis itu yang asli tanpa polesan.
            “Ada yang bisa saya bantu?” kata Pak Aldi kemudian.
            “Maaf Pak, saya mengganggu, apakah diperusahaan Bapak ini sedang membutuhkan karyawan baru, saya sedang mencari pekerjaan Pak.”
            “Apakah anda membawa surat lamaran dan berkas-berkasnya?”
            “Oh…iya ini Pak.” Kata gadis itu seraya memberikan stopmap biru yang berisi lamaran pekerjaan. Pak Aldi membacanya sebentar.
            “Baiklah, anda lulusan vakultas akutansi, kebetulan sekretaris saya sedang cuti untuk beberapa minggu, anda bisa menggantikannya untuk beberapa minggu sampai sekretaris saya kembali bekerja dan untuk selanjutnya saya akan menempatkan anda dibidang lain, anda boleh mulai bekerja besok.”
            “Baiklah Pak…terima kasih, saya permisi.”Kata gadis berjilbab itu dengan wajah bersinar penuh kebahagiaan. Keberuntungan memihaknya hari ini setelah berhari-hari bergantung pada map biru itu.
            Gadis berjilbab itu adalah Nirmala, seorang gadis yang bertanggung jawab penuh untuk keluarganya. Semenjak ayahnya meninggal beberapa tahun yang lalu, Ia harus mencukupi kebutuhan hidup keluarga dan biaya sekolah adiknya, belum lagi memikirkan obat-obatan yang harus ditebus untuk ibunya yang mulai sakit-sakitan. Nirmala menyadari itu semua kewajibannya sebagai seorang anak dan kewajibannya sebagai seorang kakak demi keluarga dan masa depan adiknya.
            Pimpinan perusahaan itu adalah Aldi, seorang direktur salah satu perusahaan yang besar di Jakarta. Aldi memimpin perusahaan itu setelah ayahnya mengangkatnya karena dia dirasa sudah mampu memimpin perusahaan itu setelah menyelesaikan kuliahnya diluar negeri beberapa bulan yang lalu. Aldi adalah sosok pemuda yang tajam dalam persaingan didunia bisnis, sungguh ayahnya bukan memilih suatu hal yang salah untuk kemajuan perusahaannya.
            Satu, dua, tiga hari setelah bekerja diperusahaan Aldi, tampak Nirmala memang orang yang cerdas dan rajin, penuh semangat dan dapat menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya. Semuanya itu membuat kagum Aldi, bahkan dari rasa kekagumannya tumbuh benih-benih cinta. Sikap perhatiannya kepada Nirmala semakin Nampak, entah apa yang membuatnya demikian. Jika dipandang dari segi fisiknya Nirmala memang bukan seperti gadis kebanyakan yang suka memoles wajahnya dengan berbagai merk kosmetik, dari wajahnya yang tanpa polesan menunjukkan keaslian kecantikannya apalagi ditambah dengan jilbabnya yang semakin membuatnya lebih anggun. Nirmala bukan orang yang banyak bicara, dia adalah gadis pendiam tetapi murah senyum membuat orang akan simpatik padanya, pendiam bukan berarti dia pesimis dalam menghadapi kenyataan hidup, tapi dibalik sikap pendiamnya dia menyimpan sejuta semangat dan menonjolkan kemahirannya dalam menyelesaikan berbagai macam pekerjaan. Bukan hal yang mustahil jika Aldi menaruh hati pada Nirmala.
            “Mala…bolehkah saya antar?” kata Aldi saat bertemu Nirmala diparkiran depan kantor.
            “Oh…maaf Pak, tidak usah, saya bisa naik angkot, takut merepotkan Bapak.”
            “Tidak apa-apa masuklah,” kata Aldi sambil membuka pintu mobilnya. Nirmala tak kuasa menolak ajakan Aldi.
            Sekejap saja mobil sedan hitam itu meluncur ikut berbaur dengan padatnya jalanan kota Jakarta, menembus debu dan asap yang beterbangan. Dihati keduanya tak terlintas kedukaan yang ada hanya kebahagian yang membuat keduanya terpaku tak ada kata-kata yang bisa diungkapkan, mereka larut dalam pikiran dan gejolak perasaan masing-masing, hingga sampailah mereka didepan sebuah rumah kecil dipinggiran kota Jakarta.
            “Terima kasih Pak, maaf merepotkan,”kata Nirmala kemudian keluar dari mobil itu.
            “Oke sama-sama, aku juga permisi dulu.”
            Mobil sedan hitam itu perlahan meninggalkan Nirmala yang masih berdiri didepan pintu rumahnya. Dimobil, hati Aldi berkecamuk, sekilas timbul perasaan iba dihati Aldi, disisi lain juga kagum. Nirmala gadis cantik dan anggun yang sederhana tetapi ia selalu semangat dalam mengarungi roda kehidupan yang menuntut ketabahan. Tak berapa lama mobil sedan hitam itu berhenti disebuah rumah mewah dan besar yang berada diperumahan elite dijantung kota Jakarta.
            “Iya den…sebentar,”teriak pak Maman dari dalam pagar setelah mendengar klakson tanda bahwa majikannya memanggil dan memintanya untuk membukakan pintu pagar, dengan tergopoh-gopoh pak Maman segera mendorong pintu pagar  sehingga mobil Aldi bisa masuk kepekarangan dan langsung berhenti digarasi.
            “Baru pulang den?” Tanya pak Maman setelah menutup kembali pintu pagar rumah itu.
            “Iya pak Maman…wah…panas sekali Jakarta hari ini ya pak.”
            “Oalaah den…itu sudah biasa, nek ora panas bukan Jakarta namanya den…”
            “Ya sudah saya mau masuk dulu pak.”
            “O..iya den, silahkan.” Pak Maman paham betul pada Aldi karena pak Maman ikut keluarga itu sebagai tukang kebun sejak Aldi masih kecil. Pak Maman bukan sekedar tahu apa yang harus dikerjakan tetapi ketelatenan dan kesabaran pak Maman dalam mengurus rumah majikannya membuat pekarangan rumah itu senantiasa indah dan bersih, itulah yang membuat keluarga Aldi dari dulu mempercayakan urusan pekarangan rumahnya kepada pak Maman.
            “Aldi dari mana saja kamu, ayah tadi kekantor, kata orang disana kamu mengantar sekretaris barumu itu!” kata pak Handoko ayah Aldi dengan nada yang tinggi dan mata agak melotot, menandakan kemarahannya.
            “Iya Yah, tadi kebetulan searah jadi saya ajak sekalian, Aldi minta maaf.”
            “Ingat Aldi kamu sudah dijodohkan dengan Azura dan ingat lusa Azura kembali ke Jakarta kamu harus menjemputnya dibandara, kalau kamu mengecewakan Azura berarti kamu juga mengecewakan ayah.”
            “Sudahlah Pak…biar Aldi istirahat dulu,” kata ibu Aldi sambil meletakkan secangkir teh dimeja depan pak Handoko. “Istirahatlah dulu nak…nanti kita bicarakan.”
            “Baik Ma,” Aldi bangkit dan langsung menuju kamarnya. Didalam kamarnya pikiran Aldi berkecamuk antara hati dan perasaannya kepada Nirmala dan perjodohannya dengan Azura, hatinya mengatakan Ia mencintai Nirmala tetapi juga tidak ingin mengecewakan orang tuanya. Dia tahu perjodohannya dengan Azura semata-mata karena adanya hubungan bisnis antara ayahnya dan ayah Azura, bisa dikatakan mereka sahabat yang saling membantu untuk memajukan perusahaannya masing-masing, dengan menjodohkan Aldi dan Azura hubungan mereka diharapkan semakin erat bukan hanya sahabat tetapi menjadi sebuah keluarga. Aldi semakin tak kuasa memilih antara hati dan cinta atau menikah karena terpaksa demi kebahagiaan orang tuanya. Semakin ditepisnya Nirmala dari ingatannya tetapi bayangan wajah Nirmala semakin jelas menggoda perasaannya, dibalik jilbab tersimpan kecantikan dan keanggunan, Nirmala tak bisa lenyap dari ingatannya meski sekejab, matanya terpejam lelap dalam buaian perasaan.
            Jam dua belas tepat waktu istirahat di kantor itu. Aldi dan Nirmala tampak berjalan menuju sebuah kantin yang tak begitu jauh dari perusahaan. Disudut kantin mereka duduk berhadapan, Aldi menatap wajah Nirmala dalam-dalam, diberanikannya menggenggam jemari Nirmala. Diberanikan juga mengungkapkan isi hatinya pada Nirmala. Aldi menatap wajah Nirmala menanti penuh harap jawaban dari Nirmala. Nirmala terdiam bimbang, patutkah jika Ia mencintai orang yang tidak sejajar dengannya. Aldi adalah orang yang kaya, punya perusahaan besar sedangkan Nirmala hanya seorang gadis yang mengadu nasib diperusahaan milik Aldi demi untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Nirmala menyadari semua itu, suasana hening sesaat, mereka hanyut dalam perasaan masing-masing.
            Suara langkah seseorang membuyarkan pikiran Nirmala. Terlihat gadis cantik, berambut pirang menghampiri mereka, sesekali rambut pirangnya dihempas angin dari laju kendaraan yang melintas didepan kantin itu.
            “Oo…bagus ya.., jadi ini perempuan yang merebut tunangan orang!,” kata gadis berambut pirang itu menampakkan ketidak sukaannya kepada Nirmala.
            “Apa maksudmu Azura?.”
            “Jadi kamu lupa kalau hari ini kamu harus menjemputku dibandara, pantas saja kamu lupa Aldi…yang ada dipikiranmu ternyata dia dan kau melupakan aku…calon istrimu!!”
            “Azura…apa maksudmu?, aku sama sekali tidak mencintaimu, ini adalah perjodohan orang tua kita dan aku punya hak untuk menentukan jalan hidupku sendiri.”
            “Jadi kamu menyalahkan perjodohan ini dan memilih gadis lusuh seperti dia!!!, baiklah aku akan mengatakan ini semua pada ayahmu!” Azura membanting tasnya dimeja lalu pergi meninggalkan Aldi dan Nirmala, dari raut mukanya terlihat rasa kecewa yang teramat sangat, hati Azura remuk, orang yang sangat diharapkan keluarganya untuk menjadi pendamping hidupnya ternyata lebih memilih wanita lain, wanita yang tidak sebanding dengannya.
            Sementara Nirmala yang hanya terdiam tidak dapat berkata sepatah katapun, hatinya hancur. Kebahagiaan yang sesaat muncul tiba-tiba berubah menjadi kekecewaan, sedih karena tamparan kata-kata dan anggapan bahwa dia merebut tunangan orang. Dari sudut matanya menetes butir-butir bening yang mengalir dipipinya. Dia bangkit dari tempat duduknya dan berlari menyetop taksi dan pergi tak menghiraukan teriakan Aldi yang memanggilnya. Dalam hatinya dia juga mempunyai perasaan yang sama pada Aldi, tapi dia bukan orang yang egois yang tidak memikirkan orang lain demi untuk kebahagiaannya dan juga bukan orang yang tidak berkaca diri.
            “Semua yang dikatakan Azura benar, aku tidak pantas bersama Aldi, aku tidak ingin merusak kebahagiaan orang lain,” kata Nirmala dalam hati, butiran bening kembali menetes dari sudut matanya, sesekali matanya terpejam, dadanya sesak menahan perih goresan luka hati.
            Pagi itu sebenarnya cukup cerah, kendaraan bermotor sudah memadati jalanan kota Jakarta, asap dan debu yang sudah mulai mengepul menjadi pemandangan yang biasa, seharusnya sepagi ini udara masih bersih karena juga belum ada jam sepuluh pagi, apakah ini menunjukkan program pemerintah mengenai penanaman seribu atau sejuta pohon belum membuahkan hasil? Entahlah…kenyataannya begitulah Jakarta, semua nampak seperti biasa. Berbeda dengan Aldi, Aldi Nampak murung tidak seperti biasa, dimeja kerjanya beberapa berkas yang semestinya dia tanda tangani masih menumpuk disudut meja. Didalam benaknya hanya Nirmala, kenapa sampai sesiang ini Nirmala belum juga datang?, apakah dia sakit, atau kecewa padaku?. Aldi bingung dan tidak tahu lagi harus berbuat apa, dia merasa bersalah. Bukan hanya pada Nirmala tetapi pada Azura dan orang tuanya. Diusapkan kedua tangannya kewajah, ”ya Tuhan..,kenapa ini semua terjadi padaku, apakah yang sedang engkau rencanakan?”
            Tok, tok, tok.
            “Ya masuk,” jawab Aldi dari dalam.
            “Maaf Pak, tadi bu Nirmala menitipkan surat pengunduran diri,ini Pak suratnya,” kata seorang office boy seraya menyerahkan surat yang dititipkan Nirmala.
            “Ya terima kasih.”
            “Kalau begitu saya mohon diri dulu Pak.”
            Bertambah hancurlah hati Aldi, seorang yang dicintainya akan pergi meninggalkannya, benar-benar surat pengunduran diri dari Nirmala, “apakah ini berarti aku harus menikah dengan orang yang tidak aku cintai, tidak! Aku harus menemui Nirmala.”
            Sedan hitam meluncur menuju kepinggiran kota Jakarta, hingga sampailah mobil itu didepan sebuah rumah kecil, didepan rumah itu bergelayut jemuran yang sudah mulai kering, sebentar-sebentar berkibar diterpa angin, diteras rumah itu nampak meja kecil dan dua kursi kayu dikiri kanannya, dikiri kanan tangga naik beberapa pot dan bunga yang menghiasnya menambah kemolekan rumah ini, semua tertata dengan rapi, rumah kecil sederhana tapi bersih dan indah ini menunjukkan penghuni rumah ini pandai merawat dan mengatur letak perabotan rumah tangga. Dari pintu yang terbuka terlihat seorang wanita tua yang duduk dikursi roda sedang serius menjahit, badannya terbungkus switer tebal dan lehernya berbalut semacam selendang tebal sebagai penghangat.
            “Maaf Bu, Nirmala ada?.” kata Aldi kepada wanita tua itu setelah sampai didepan pintu.
            “Oh ada, kamu siapa nak?,” kata wanita tua itu seraya membetulkan letak duduknya.
            “Saya Aldi bu.”
            “Sebentar ya nak, saya panggilkan,” wanita tua itu kemudian memutar kursi rodanya,” Mala.., dimana kamu nak, ada tamu.”
            “Ya mak, sebentar,” sahut Nirmala dari dalam, tak berapa lama keluarlah Nirmala dari balik tirai       
            Kaget bukan kepalang saat Nirmala melihat sesosok pria di hadapannya. Hati Nirmala kacau. Dia merasakan kekecewaan namun ia tak jua dapat membohongi perasaannya kepada Aldi
            “Nirmala apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu mengundurkan diri? Apa karena aku?” kata Aldi nampak dengan raut penasarannya bercampur kegundahan yang luar biasa.
            “ Oh sama sekali bukan pak, saya hanya ingin berhenti bekerja, saya merasa kurang nyaman bekerja di perusahaan bapak” sahut Nirmala mencoba memberi penjelasan.
            “ Mala jujurlah padaku! Ada apa ini?” lanjut Aldi mendesak Nirmala.
            Nirmala hanya diam membisu. Tak ada sepatah kata pun ia ucapkan. Sungguh hati Nirmala sedang kacau, ia bingung harus bagaimana.
            “ Baiklah Mala jika kamu tak mau bicara, aku tak akan memaksamu! Aku hanya ingin kamu tahu Mala bahwa aku mencintaimu!” kata Aldi sembari memegang tangan Nirmala.
            Nirmala tak menyangka Aldi akan mengucapkan kata-kata itu. Nirmala bingung ia harus bahagia atau justru bersedih. Nirmala sadar siapa dia dan siapa Aldi. Lagi pula Aldi telah dijodohkan dengan Azura yang jauh lebih pantas untuknya. Nirmala benar-benar dalam kegalauan. Semua terdiam.
            “Mala jika kamu tak keberatan aku akan melamarmu!” lanjut Aldi, manakala ia melihat gadis berjilbab itu hanya diam.
            Nirmala sangat terkejut mendengar kata-kata itu.
            “ Pak Aldi bagaimana dengan orang tua bapak? Azura?” Nirmala mulai membuka bicara.
            “Mala, aku mencintaimu, dan aku ingin menjadikanmu bidadariku!” tegas Aldi sembari kembali memegang tangan Nirmala.          
            “Maaf pak Aldi saya tidak bisa! “ jawab Nirmala tegas.
            Aldi berpamitan dan beranjak meninggalkan Nirmala. Nirmala menatap pria itu pelahan butiran air membasahi pipinya. Sedan hitam itu mulai lenyap dari pandangan mata Nirmala.
            Beberapa hari Aldi tak menghubungi Nirmala. Nirmala mulai cemas. Sejak penolakan itu Aldi benar-benar telah lenyap dari hidup Nirmala. Kerinduan pelahan mulai menyelimuti hati Nirmala. Sampai pada suatu pagi ada seorang pria datang ke rumah Nirmala.
            “ Benar dengan ibu Nirmala?” tanya pria bertopi hitam itu. Sepertinya ia tukang pos.
            “ Iya benar saya Nirmala, ada apa ya pak?” jawab Nirmala.
            “ Ini bu ada kiriman!” kata pria bertopi itu.
            Nirmala menerima sebuah amplop putih dengan kop surat perusahaan Aldi. Hati Nirmala benar-benar bingung sekaligus penasaran. “Ada apa ini? Kenapa ada surat untukku?” gumam Nirmala. Pelahan tapi pasti Nirmala mulai membuka amplop surat itu. Tertulis dengan jelas:
Kepada YTH
Calon istri saya, calon ibu anak-anak saya, calon anak Ibu saya dan calon kakak buat adik-adik saya
Di tempat

Assalamu’alaikum Wr Wb

Mohon maaf kalau anda tidak berkenan. Tapi saya mohon bacalah surat ini hingga akhir. Baru kemudian silahkan dibuang atau dibakar, tapi saya mohon, bacalah dulu sampai selesai.
Saya, yang bernama Aldi Zainur Rahim menginginkan anda Nirmala Kusuma Ningrum untuk menjadi istri saya. Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya manusia biasa.
Saat ini saya punya pekerjaan.
Tapi saya tidak tahu apakah nanti saya akan tetap punya pekerjaan. Tapi yang pasti saya akan berusaha punya penghasilan untuk mencukupi kebutuhan istri dan anak-anakku kelak.
Yang pasti, saya akan selalu berusaha agar istri dan anak-anak saya tidak
kepanasan dan tidak kehujanan.
Saya hanyalah manusia biasa, yang punya banyak kelemahan dan beberapa
kelebihan. Saya menginginkan anda untuk mendampingi saya.. Untuk menutupi
kelemahan saya dan mengendalikan kelebihan saya. Saya hanya manusia biasa.
Cinta saya juga biasa saja..
Oleh karena itu. Saya menginginkan anda mau membantu saya memupuk dan merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa.
Saya tidak tahu apakah kita nanti dapat bersama-sama sampai mati. Karena saya tidak tahu suratan jodoh saya.
Yang pasti saya akan berusaha sekuat tenaga menjadi suami dan ayah yang baik. Kenapa saya memilih anda ?
Sampai saat ini saya tidak tahu kenapa saya memilih anda.
Saya sudah sholat istiqaroh berkali-kali, dan saya semakin mantap memilih anda.
Yang saya tahu, Saya memilih anda karena Allah.. Dan yang pasti, saya
menikah untuk menyempurnakan agama saya, juga sunnah Rasulullah.
Saya tidak berani menjanjikan apa-apa, saya hanya berusaha sekuat mungkin
menjadi lebih baik dari saat ini.
Saya mohon sholat istiqaroh dulu sebelum memberi jawaban pada saya.
Saya kasih waktu minimal 1 minggu, maksimal 1 bulan.
Semoga Allah ridho dengan jalan yang kita tempuh ini. Amin

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Tertanda :


    Aldi Zainur Rahim
            Nirmala kaget membaca surat itu. Ia tak menyangka akan di lamar dengan seresmi itu. Sungguh ia berada dalam kebingungan. Pelahan wanita tua mendorong kursi rodanya mendekati Nirmala yang sedari tadi terdiam di depan pintu. Hati dan fikiran Nirmala saat ini sedang berkecamuk. Antara senang dan takut.
            “ Mala ada apa? Mengapa engkau terdiam? Surat apa ini?” tanya wanita tua itu pada Nirmala.
            “ Mak, Aldi melamar Mala! Bagaimana Mak?” jawab Nirmala sembari memeluk wanita tua itu.
            “ Apa kamu juga mencintainya Nak?” kata wanita tua itu lagi.
            “ Iya mak, tapi Aldi sudah dijodohkan dengan Azura. Lagi pula kita tak sebanding dengan keluarga mereka mak!” tegas Nirmala dengan raut wajah sedihnya.
            “ Nak, Aldi itu anak yang baik, ia juga sopan. Emak tidak akan memaksamu, pilihlah jawaban yang terbaik menurut hati nurani kamu sendiri Nak!” kata wanita tua itu sembari memeluk anaknya dengan erat.
2 minggu kemudian Nirmala membalas surat Aldi.
                                                                                    Kepada YTH.
                                                                                    Bapak Aldi Zainur Rahim
                                                                                                            Di Tempat
Assalamu’alaikum Wr Wb
Pak Aldi yang saya hormati, saya hanya menanggapi surat yang bapak kirimkan kepada saya 2 minggu yang lalu. Tidak banyak kata yang akan saya tuliskan, jika memang Allah meridhoi jalan ini maka saya mau menjadi istri bapak, menjadi ibu dari anak-anak bapak, menjadi bidadari surga untuk bapak. Melaksanakan sunah Rosulullah. Menyempurnakan ibadah saya.
Saya mau berdiri di belakang bapak sebagai pendorong manakala bapak berada dalam kesulitan. Berada di samping bapak menemani bapak hingga maut kelak yang memisahkan.
Terimakasih ............

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Tertanda :
                                                                                                           
                                                                                                Nirmala Kusuma Ningrum
            Kedua orang tua Aldi merestui hubungan kedua sejoli itu. Azurapun telah merelakan Aldi untuk menikah dengan Nirmala, ia menyadari bahwa Nirmala adalah gadis yang jauh lebih baik daripada dia. Malam harinya orang tua Aldi datang ke rumah Nirmala. Kedua belah keluarga telah menentukan hari pernikahan kedua sejoli itu. Tuhan telah menentukan takdirnya. Perbedaan derajad kedua sejoli itupun tak menjadi hambatan. Ketika Allah telah mengatakan kun fayakun jadilah maka jadilah manusia tak dapat menolaknya.
            Hari jum’at 7 Maret 2013. Tepatnya pukul 08:18 Aldi Zainur Rahim dan Nirmala Kusuma Ningrum melakukan akad nikah di masjid dekat rumah Nirmala.
            “ Assalamu’alaikum Wr.Wb.” sesosok pria berjas putih rapi berkata  kepada seluruh undangan.
Serentak semua undangan menjawab salam itu dengan semangat dan serempak. “Wassalamu’alaikum Wr Wb!”.

“ Baiklah hadirin sekalian kita mulai saja akhad nikah ini!” kata pria berjas putih.

Nirmala nampak anggun dengan gaun putih dan riasan wajah yang soft. Jilbabnya  berhiaskan bunga mawar putih kesukaan Nirmala. Seisi ruangan semua berpakaian putih. Namun hari itu nampak kejanggalan ketika semua undangan dan keluarga bepakaian putih, Aldi sang pengantin pria justru memakai jas hitam dan kemeja hitam. Namun semua tak menghiraukan itu ijab khobulpun segera dimulai.

“ Bismillahirrahmanirrohim, saudara Aldi Zainur Rahim  bin Zainur Rahim  saya nikahkan saudara dengan  Nirmala Kusuma Ningrum binti Kusuma dengan maskawin seperangkat alat shalat,Al-Qur’an, dan emas 18 karat di bayar tunai!”. Kata pria berjas putih itu sembari menjabat tangan Aldi.

“Saya terima nikahnya Nirmala Kusuma Ningrum binti Kusuma  atas diri saya, dengan maskawin tersebut dibayar tunai!” balas Aldi dengan gugup.

“ Bagaimana para saksi? Sah?” lanjut pria berjas putih itu.

Seketika semua terdiam manakala Nirmala jatuh pinsan. Suasa menjadi sunyi. Nirmala gadis berjilbab yang anggun itu terjatuh dengan raut wajah bak bulan kesiangan. Aldi kaget! Semua undangan memandang kearah Nirmala dan Aldi.

“ Mala bangun sayang!” kata Aldi sembari memeluk Nirmala.

Gadis berjilbab itu tetap diam. Tak ada gerakan sama sekali.

Nirmala langsung dilarikan kerumah sakit. Dokter langsung memeriksa Nirmala. Dokter keluar dari ruang UGD dengan wajah yang menengangkan.

“ Bagaiman kondisi Nirmala dokter?” tanya Aldi dengan kecemasan memenuhi batinnya.

“ Mohon maaf pak, Nirmala mengidap penyakit kanker otak sudah cukup lama, dan saat ini kami sudah tidak dapat melakukan apa-apa. Semua sudah terlambat!” tegas dokter.

“ Apaaaaaaaa? Dokter lakukan apa saja untuk Nirmala. Ayo dokter! Saya akan bayar berapapun!” Aldi mendesak dokter itu.

“ Maaf pak Aldi kami sudah berusaha. Tapi Allah berkehendak lain!” lanjut sang dokter.

“  Malaaaaaaaaaaaaaaaaa!” teriak Aldi pecah.

Nirmala terbujur kaku, dengan wajah pucat pasinya. Hari dimana seharusnya Nirmala menikah dengan Aldi  berubah menjadi upacara pemakaman. Sungguh malang tak dapat di untung. Takdir sang pencipta tak dapat di tolak. Nirmala berpulang dihari pernikahannya.

“ Nak, emak temukan surat kecil ini di genggaman tangan Nirmala!” kata wanita tua yang duduk d kursi ridanya itu. Nampak pula kesedihan mendalam pada sosok wanita ini.

Tertulis :

Suamiku ..
Suatu ketika aku akan wafat.. Menyandang  bulu dan sayap laksana malaikat,dan akan segera ku akhri cerita saat sisa nafas ku berhenti dibatas waktu..
Bila tiba saat ku pergi jangan ada air mata kedukaan,karna ratapmu akan patahkan sayap ku,
Kapargian ku menempuh puncak impian,ketika sang utusan merengkuh jiwa ini hapuslah air matamu,
Meski terus kau percikkan duka atas kepergian ku aku tak akan pernah kembalidan sungguh tak ingan kembali,,
Biarlah jiwa ku tanang berlalu dalam dekapan sayap malaikat,merengguk anggur kebebasan semu,Diantara setumpuk timbangan perbuatan ku,
Aku berharap jasad matiku kau balut dengan senyum,benamkan dibalik tanah penuh ketulusan,iringi kepergian ku dengan doa,mungkin itu akan meringankan beban ku,
Biarlah pusara ini menjadi saksi,bahwa aku pernah mengembara melintasi lembah mimpi,sekejap tersenyum merengguk manisnya d0sa duniawi,yang kini tinggal belulang membujur kaku ditengah sepi..
Akan ku nanti darimu didepan gerbang keabadian..
Mungkin dalam penantian ini masih ada celah tuk wujudkan dehaga rindu di telaga cinta.
images (4).jpgPeluk dan cium

Istrimu

“ Nirmalaaaaaaaaaaaaaaa..........!”
SEKIAN


.
.. .




 
Photography Templates | Slideshow Software