Blogroll

SELAMAT DATANG DI SHELIYS BLOG'S, TERIMA KASIH SUDAH BERKUNJUNG

Welcome text

Rabu, 24 April 2013

CERPEN SEDIH


“ LUKA YANG KIAN PERIH ”
By: Lilis Khotimah
Jika aku bisa memilih, aku tak ingin terlahir ke dunia ini”lirih hati sofie menjerit. Butiran-butiran air mata perlahan membasahi pipinya. Boneka panda yang ia pelukpun mulai basah oleh air mata. Termangu ia duduk di dekat jendela kamarnya. Menikmati hujan bersama luka dihatinya. Lantunan lagu syahdu dari mp3nya kian menambah sedih. Sofie adalah gadis yang paling beruntung di dunia ini. Bagaimana tidak ia hidup dalam kemewahan, rumah megah, mobil tinggal pilih, pembantu ia punya lima, sopir ada, hidupnya bak putri dalam istananya. Belum lagi sofie adalah gadis yang cantik, tinggi, putih, hidung mancung rambutnya panjang, tak ada satupun lelaki yang tak menyukainya. Namun nyatanya kebahagiaan kini jauh dari rengkuhnya.
Tok....tok...tok... suara dari arah pintu kamarnya.
“ non, makan dulu!” suara di balik pintu
“ntar dulu bik!”
“itu sudah ditunggu tuan!”
“Males bik!”
“sedikit saja non!”
“ kalo sofie bilang males ya males bik!” udah bibik balik aja!”
“kasian tuan sudah menanti non!”
“ogah bik, paling dedie juga mau pergi lagi! Sofie gak lapar!”
“ya sudah non!”
Kebahagiaan memang jauh dari rengkuhan sofie. Meski kemewahan ia genggam namun kasih sayang orang tua tak pernah ia rasakan. Sejak sofie berusia lima tahun kedua orang tua sofie telah bercerai. Ia tinggal di rumah ayahnya. Namun ayahnya selalu sibuk dengan pekerjaannya. Hingga kini usia sofie 17 tahun. Ia duduk di bangku SMA kelas 3. Ujian nasional baru saja ia selesaikan. Brosur-brosur universitas faforit si indonesiapun memenuhi kamarnya. Akan tetapi sofie tak berminat sama sekali. Entah mengapa sofie tak tertarik sama sekali untuk kuliah, meski ayahnya menawari kuliah sesuka mau sofie dimanapun. Sofie tetap tak ingin kuliah.
3 hari yang lalu tepatnya di hari pertama ia menghadapi ujian nasional, ia di panggil Bp.“sofie, kenapa nilai kamu jatuh semua?” guru cantik berjilbab putih itu menanyai sofie yang duduk di depannya.
“Ah ....! gk juga buk, sofie emang bodoh jadi udah biasa nilai jelek kan Bu?”
“tidak sofie! Kamu ini pintar. Kamu murid terpintar se SMA ini. Bahkan kamulah duta sekolah ini!” guru cantik itu menatap lekat mata sofie.
“ ada apa sof?”
“ tidak ada apa-apa Bu! Sungguh !”
“ ya sudah! Belajarlah yang rajin, kelak mau kuliah di mana sof?”
“gak kuliah Bu”
“lantas? Kerja?”
“mungkin!”
“ya sudah, lakukan yang terbaik saja ya sof!”
“iya Bu!”
“kembalilah ke kelas! Ingat pertahankan prestasimu!”
Sofie keluar dari ruang Bp dengan wajah yang sangat pucat. Sepulang sekolah ia janjian ketemu dengan kekasihnya. Yudi namanya, ia kuliah di sebuah universitas terkemuka di bandung, fakultas kedokteran. Lelaki berkacamata yang tinggi putih, manis itu yang 3 tahun terakhir mengisi hati sofie. Mereka akan segera menikah.
“sof, ada yang ingin ku bicarakan!”
“aku juga yud, ada sesuatu yang kamu harus tahu!”
“apa itu sof?”
“yud. Aku hamil!”
“apaaaa? Gak mungkin!”
“kenapa gak yud? Kita pernah nglakuin hal itu!”
“tapi sof!”
“kenapa yud?”
“ sofie, maafkan aku. Sebenarnya aku telah menikah!”
“apaaa?” sofie kaget, perlahan air mata basahi pipinya. Sungguh ia tak percaya.
“kamu pasti bercanda kan yud?” sofie menatap lekat wajah kekasihnya itu.
“maafkan aku sof! Aku telah menikah bahkan aku telah memiliki anak. Ia telah berusia 2 tahun. Rani, itu nama istriku. Sebenarnya kamu hanya selingkuhanku!”
“gila kamu yud! Brengsex kamu!”
“ sofie maafkan aku!”
“yud, aku hamil! Ini anak kamu, buah cinta kita.”
“aku tak mungkin menyakiti rani sof!”
“iya kamu rela nyakitin aku?”
“gak gitu juga sof!”
“brengsex kamu yud!”
“ sofie, maafkan aku!”
“yudi, nikahi aku! Aku rela kau jadikan yang kedua, asal anak ini punya ayah!”
“gak sof!”
“oke ..! kamu pilih aku atau dia?”
“sof, jangan paksa aku memilih. Karena kalian adalah yang terbaik buat aku. Kalian bukan pilihan dan aku bukan pembagi.”
“trus apa mau kamu? Gugurin kandungan ini gitu? Gila kamu!”
“iya sof, lupain aku! Masa depanmu masih panjang!”
“gak! Gak akan yud!”
Air mata sofie kian deras mengalir. Ia tak menyangka yudi sejahat itu.
“sofie, bidadariku yang cantik maafkan aku sayang!” perlahan yudi memegang tangan sofie.
“ kamu tega yud!” air mata sofie kembali mengalir.
“ sofie, hapuslah air matamu! Aku gak ingin kamu bersedih! Bahagialah sayang!”
Yudi menghapus air mata sofie!
“ bagaimana bisa aku bahagia tanpamu yud!”
“ kamu pasti bisa sayang!”
“ berhenti panggil aku sayang!”
“ sofie, kamu tetap bisa ketemu aku kapanpun!’
“ gila kamu yud!”
“ miliki aku semaumu sof!”
“ udah gak waras ya kamu yud!”
“ aku ingin kamu bahagia sof!”
“ nikahi aku!”
“ aku gak bisa!”
“ aku akan bahagia bersamamu!”
Kini sofie bak pengemis cinta.
“ sofie, gugurkan saj kandungan itu dan mulailah hidup barumu sayang!”
“ gak, kamu ini dokter gila ya!”
“ Sayang, bahagialah!”
“ terserah!”
“ sof! Maafkan aku!”
“ yud terserah kamu mau apa, tapi aku gak akan gugurin kandungan ini. Kan ku besarkan anak ini sendiri. Jika nanti ia tanya siapa ayahnya kan aku jawab. Nak ayahmu adalah orang yang paling baik di dunia ini. Kini ia telah bahagia sayang. Cukuplah kamu bersama bunda tak usah kau tanyakan ayahmu lagi.”
Air mata sofie kembali deras mengalir.
“ sof, maafkan aku!”
“berhenti kamu bilang maaf!”
“Sof ...!”
“ sudah aku muak!”
“Sofie ...!”
“ bahagialah ..... ! Brengsex!”
Sofie beranjak meninggalkan yudi.
Kini sofie hanya bisa menangis sendiri di kamarnya, bersama lukanya.


Senin, 15 April 2013

CERPEN BARUKU


BIDADARIKU
(oleh: lilis khotimah)

Menjelang hari bahagiaku. Aku akan menghitbah bidadari yang cantik jelita. Hingga bidadari-bidadari surgapun cemburu padanya. Ia nampak cantik dengn busananya yang mslimah, tak pernah aku melihatnya memakai celana, ia selalu anggun dengan baju gamiznya. Tak ada satupun lelaki yang tak terpana melihatnya. Wajahnya berseri-seri. Aku juga tak pernah melihat ia berdandan yang berlebihan. Sungguh bidadari ini cantik luar biasa. Postur tubuhnya yang tinggi, ramping dan anggunnya jilbab yang ia kenakan. Belum lagi ketika ia berbicara tak pernah matanya menatap mataku ataupun lelaki lain. Ketika ia berjalan ia selalu menjaga pandangaannya. Dia adalah Shifaa, bidadari yang satu bulan terakhir telah memenuhi imajinasiku. Berhayal dapat menjadi imamanya.
Aku mengenalnya dalam sebuah pertemuan majelis taklim. Ia datang sebagai pembaca ayat suci Al-Qur’an waktu itu. Saat lantunan ayat suci ia lantunkan, tubuhku bergetar. Hatiku tentram. Terbersit dalam hati “Ya Allah bidadri surgamu telah jatuh kebumi, dan ia membuatku terpesona!”. Majelistaklim yang kami hadiri selesai. Saat hendak pulang aku melihat bidadariku berbincang dengan sahabatku. Fatimah namanya. Lewat fatimahlah aku mengenal Shifaa. Fatimah yang menjadi perantara komunikasikudengan bidadari cantik itu. Sampai pada suatu ketika aku meminta Fatimah untuk mempertemukan aku dengan bidadari itu. Waktu dan tempat Fatimah atur. Di sebuah taman yang indah kami bertiga berjanjian untuk brtemu. Shifaa datang lebih dulu.
Fatimah           : “Assalamu’alaikum Shif...!”
Shifaa              : “wa’alaikum salam Wr.Wb.!”
Fatimah           : “ sudah lama shif?”
Shifaa              : “ belum kok!”
Fatimah            : “ kenalkan shif ini Azzam, Zam kenalkan ini shifaa!”
Azzam              : “Azzam!” sambil mengulurkan tangannya.
            Shifaa                :” Shifaa!” ia tak menyambut uluran tangan Azam
Hari itu kami berbincang panjang lebar. Sampai pada topik pada pembicaraan tentang pernikahan. Shifaa sedari tadi memang selalu berbicara apapun dalam prespektif islam. Ia lebih banyak mendakwahiku dan Fatimah. Satu kalimat yang ia sampaikan yang membuat hatiku bergrtar.
Shifa                :” suatu saat aku akan di khidbah lelaki pilihan Allah yang akan  menjadi imamku! Yang akan menuntunku ke surga Allah SWT!”
Fatimah           :” sudahkah kau siap shif?”
Shifaa              :” mengapa tidak? Jangan suka menunda... karena menunda berarti hilangnya peluang. Karena menunda berarti seratus langkah menjauhi cita!”
Fatimah           :” Azam, segeralah kau khidbah shifaa! Sebelum terlambat!”
Celotehan Fatimah
Aku dan shifaa hanya terdiam. Ku pandangi wajah shifaa yang memerah. Sungguh cantik nian bidadariku. Aku hanya dapat menerka dalam hati “ apa shifaa malu? Atau ia memang ingin ku khidbah?”
Dari pernyataan itulah aku beranikan diri mengkhidbah bidadari cantik itu. Satu minggu sejak pernyataan itu aku mulai mempersiapkan diri. Ku tata hatiku. Ku sampaikan pada orang tuaku. Dua minggu aku persiapkan dengan matang kata yang ingin ku ucapkan. Sampai pada suatu hari, hari dimana aku akan mengkhidbah bidadri cantikku. Ku hubungiia lewat sms.
“ Ass.... shif sedang apa kamu? Apa besok kamu di rumah?”
Lama shifaa tak jua membalasnya. Hingga aku mengirim smsku dua kali. Namun tak jua ia membalasnya. Lalu aku inbox d fbnya dngan kata-kata yang sama. Namun hanya hampa yang aku terima ia tak jua membalasnya. Hingga malam tiba hpku berbunyi. Aku buka ternyata sms dari shifaa.
“Wss.. maaf zam tadi saya tidak bawa hp. Insya Allah saya  ada di rumah. Oh ya zam tolong sampaikan pada fatimah bahwa besok saya meminta kamu dan faimah datang kerumahku jam 10:00 pagi ya!”
Setelah membaca sms shifaa ini hati ku langsung menjerit kegirangan “ memang aku akan ke rumahmu cantik!”. Tanpa menunggu lama Azam langsung menelfon shifaa.
Shifaa              : “ assalamu’alaikum!”
Azam               : “ wa’alaikumsalam shif.. oh ya memangnya besok ada apa shif di rumah?”
Shifaa              :” besok saya kan melabuhkan penantian saya!”
Hati ku semakin bertanya-tanya “ apa shifaa tau kalau aku akan mengkhidbahnya besok?”
Azam               :” apa maksud kamu shif?”
Shifaa              :” aku akan menikah zam!”
Serentak aku langsung kaget. Ia tak menyangka shifaa akan mengatakan kata itu. Aku pun merasakan sakit dan luka manakala tau bahwa shifaa akan menikah.
Azam               :” benarkah itu shif?”
Shifaa              : “Iya Zam!”
Azam               :” dengan siapa shif?”
Shifaa              :” dengan usman!”
Serentak hatiku hancur! Namun aku tetap mengutarakan niat suciku itu.
Azam               : “ shif, aku bahagia mendengar kabar ini. Namunsebenarnya besok aku juga akan datang kerumahmu untuk mengkhidbahmu. Tapi setelah mengetahui kau tlah temukan yang terbaik aku pun tak dapat melakukan apa-apa lagi sekarang. Bahagialah bidadariku!”
Sifaa kaget mendengar Azam mengatakan sebuah kalimat yang memang tlah lama ia tunggu keluar dari mulut azam. Namun ia bingung hendak berbuat apa. Kini hari pernikahan tlah di tentukan. Tak mungkin ia mengecewakan orang tuanya. Lagi pula ia tlah memilih untuk menikh denga usman.
Shifaa              ; “ sebhanallah zam! Benarkah itu?”
Azam               : “ iya shif!”
Shifaa              : “ maaf kan saya zam!”
Azzam             : “ tak perlu kau minta maaf shif! Kamu gak salah apa-apa! Inilah takdir dari Allah untuk kita. Bahagialah shif! Aku bahagia untuk kalian”
Shifaa              : “ zam... saya belum tentu di nikahi oleh orang yang saya cintai namun saya akan mencintai siapapun yang menikahi saya! Maaf kan saya zam!”
Azzam             : “ apa kamu mencintai ku shif?
Shifaa bingung hendak menjawab apa. Sejenak ia terdiam. Pelahan air matanya menetes.
Shifaa              : “ zam... anna ukhibbukum fillah! Saya mencintai kamu karena Allah!”
Sungguh hatiku bergetar manakala aku mendengar bidadriku mengucapkan kata itu.
Azzam             : “ begitu pulalah yang aku rasakan shif.. Shif, jika kau bukan jodohku di dunia maka akan ku pinang slalu kau dalam setiap doaku, agar Allah menjodohkan kita di surga Allah kelak. Di kehidupan yang kekal “
Air mata shifaa kian deras mengalir. Ia menyadari betapa tulus azam mencintainya. Namun ia tak dapat membatalkan pernikahan itu.
Shifaa              : “ sukron zam! Saya senatiasa mendoakanmu semoga kau mendapatkan istri yang sholeha. Bidadari dunia akhirat untukmu!”
Azzam             : “ jasakaullah shif... ku jua berdoa untukmu semoga kalian dapat menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Kaulah bidadari surgaku. Ku tunggu kau di pintu surga!”
Tut tut tut.... telefon mati



 
Photography Templates | Slideshow Software